" DIBALIK SENJA SELALU ADA RINDU DIANTARANYA "
"Saat aku sudah tak berharap, apa mungkin engkau bisa membangun kembali harapan yang sudah terlanjur kau kecewakan.”
Mungkin setiap orang pernah merasakan hal yang sama seperti kata-kata diatas, siapapun itu, termasuk aku. Iya, aku dikecewakan olehmu, bahkan teramat sangat kamu mampu mengecewakan harapan dan impian yang pernah kita rajut bersama. Kamu buat aku terjerat dan buat aku jatuh cinta teramat sangat denganmu. Melayang begitu indahnya dipelukmu. Lalu pada saat yang sama, kamu hempaskan perlahan hingga jatuh terperosok diantara ranting pepohonan yang tinggi sampai akhirnya menyentuh tanah. Sakit? Memang, bahkan sangat sakit. Saat orang yang benar-benar kamu sayang mengecewakan dan menghancurkan harapmu. Saat orang yang kau gantungkan harap meninggalkanmu. Saat orang yang kau jadikan panutan tak lagi mengajarimu arti hidup.
Perihal harapan, aku tak menyalahkan ‘kita’ yang sudah terlanjur merencanakan mimpi-mimpi dan harap yang selalu kita bicarakan. Perihal kamu yang ingin melanjutkan hidupmu hanya denganku saja. Perihal aku yang ingin memberhentikan pencarian pendamping hidup dan berakhir kepadamu. Perihal restu dari orang tuaku yang sudah kamu terima dengan baik. Semua itu tidak mudah. Semua butuh proses. Dan semua butuh perjuangan hingga akhirnya kita sejauh ini. Mungkin kita tak lama menjalin cinta, tapi percaya atau tidak, cinta sudah tumbuh terlalu dalam dihatiku dan aku lagi-lagi tak mampu membuatnya berpaling darimu. Terlalu indah, menurutku.
Mungkin terlalu cepat untuk kita membicarakan hal ini, tapi tahukah kamu? Aku sudah terlalu meninggikan harap berlabuh dihatimu, menjadikan ku satu-satunya dihidupmu. Membuatku merasa hanya kamu saja yang harus aku pertahankan. Mempertahankan cinta di antara jarak, mempertahankan cinta di antara rindu yang terkadang membuat sesak di dada. Bahkan terkadang tercipta beberapa bulir air mata ketika aku merindukanmu. Tahukah kamu? Aku disini masih saja menganggapmu sama. Masih menganggapmu lelakiku. Lelaki yang begitu aku cintai teramat sangat dan masih saja rasa itu tak berkurang sedikitpun padamu. Meski jika mampu ku ingat bagaimana kecewanya aku saat kamu menghianatiku. Tapi lagi-lagi rasa kecewaku kalah dengan rasa cinta yang aku punya untukmu.
Apa aku lelah? Tidak. Aku bisa saja menyerbumu dengan seribu kemarahanku dan membuatmu terpojok tanpa mampu berkata apapun lagi. Menyerbumu dengan seribu pertanyaan mengapa kau meninggalkanku disaat aku begitu mencintaimu dengan hatiku. Perkara jarak? Aku masih bisa mencintaimu bahkan selalu mencintaimu di antara jarak-jarak yang menyiksa ini. Perkara sibuk? Aku masih bisa meluangkan waktuku hanya untuk memberimu kabar bahwa aku baik-baik saja disini dan aku tetap saja mengkhawatirkanmu disana yang jauh dariku. Perkara rindu? Rindu itu tak pernah ada ubahnya, selalu saja tertuju padamu. Selalu saja namamu yang terus aku panjatkan di antara do’a-do’a di tengah malamku. Apa itu masih belum cukup untuk meyakinkanmu bahwa ‘aku masih tetap mencintaimu meski tak ada lagi yang mampu kita perjuangkan’. Mengapa demikian? Ya, karena hanya aku yang berjuang. Hanya aku yang mencintaimu, dan hanya aku yang mampu mengertimu dengan semua keadaan yang sudah hancur berantakan ini. Aku tahu, kau mencintaiku, kau memperjuangkanku dengan membuat jarak tak ada lagi di antara kita. Tapi apa kamu mampu mengingat semua perjuanganmu untuk mendapatkanku dan akhirnya kau kecewakan? Iya, KAU KECEWAKAN.
Namun pada akhirnya, aku harus mampu menerima kenyataan. Aku harus mampu melihat kamu yang tak lagi tersenyum karena ku. Saat rasa di antara kita menjadi ganjil karena aku merasa hanya satu saja yang memperjuangkan. Pedih bukan? Sangat pedih menurutku. Saat rasa saling percaya tak lagi ada. Aku selalu percaya padamu, tapi apa kamu mengerti. Disekitarku banyak sekali nyinyiran-nyinyiran jahat tentangmu. Bagaimana mereka berusaha membuatku melihat kenyataan bahwa nyatanya di antara kita memang sudah tidak ‘baik-baik saja’. Namun selalu saja, hati tak bisa jika tak berpihak padamu. Selalu saja aku mengesampingkan mereka dan menomor satukan kamu. Mempercayai seluruh kepercayaan dan hati yang sudah aku titipkan jauh sebelum akhirnya kita terpisah lagi karena jarak. Meski pada akhirnya, aku harus menelan kekecewaan. Bahwa akhirnya kau meninggalkanku disaat aku begitu mencintaimu.
Bagaimana? Apa kamu sudah mampu merasakan bagaimana menjadi aku? Semoga saja, keberuntungan dan kebahagiaan selalu berpihak kepadamu.
Tag :
info guru
0 Komentar untuk "Dibalik senja ada sebuah cerita"