Pengaruh Televisi
Bagi Perkembangan Anak Usia Dini
PENDAHULUAN
Anak
usia dini merupakan anak usia 0-8 tahun. Anak usia ini sedang berada pada masa golden
age atau masa keemasan. Dimana berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan
sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat.Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari
tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses
evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak usia dini terjadi
karena rangsangan yang diberikan oleh lingkungan di sekitarnya. Rangsangan yang
diberikan pada anak usia dini berupa kebiasaan-kebiasaan tindakan, ucapan yang
di dapat oleh anak dari berbagai sumber di sekitarnya. Kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh lingkungan terhadap anak usia dini memberikan dampak yang
berkepanjangan. Jika kebiasaan atau rangsangan yang diberikan baik, maka dampak
yang timbul pada diri anak pun akan baik dan sebaliknya jika rangsangan yang
diberikan buruk maka dampak bagi anak pun akan buruk.
Disadari atau tidak kebiasaan lingkungan memperlakukan anak
usia dini akan membentuk perkembangan anak sebagaimana yang diberikan. Pada
saat ini banyak sekali kebiasaan di masyarakat luas yang menjadi makanan
sehari-hari bagi anak usia dini, salah satunya adalah kebiasaan menonton
televisi. Kebiasaan menonton televisi tersebut, tentu saja menimbulkan
banyak dampak bagi perkembangan anak usia dini. Banyak dampak yang ditimbulkan
baik dampak positif ataupun negatif.
Dengan demikian
dalam makalah ini hanya akan di
batasi pada satu permasalahan
yang akan dibahas yaitu Pengaruh/dampak negatif Televisi bagi anak usia dini dan cara-cara untuk menanggulanginya. Semoga dapat
bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
PEMBAHASAN
Pengertian Televisi
[1][1]Televisi berasal dari kata tele dan visie,
tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah
penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang
radio.[2][2]Dan
televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang
disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya
(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar,
digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya.Televisi
memiliki beberapa fungsi, yaituFungsi rekreatif, Fungsi edukatif ,Fungsi informatif .
[3][3]Televisi
di Amerika telah menyiarkan program-program yang seragam dan anak-anak, sama
seperti anggota masyarakat lainnya, menjadi korban gelombang visual yang
ditunjukkan televisi. Dengan menekankan bahwa televisi telah memusnahkan
dinding pemisah antara dunia kanak-kanak dan dunia orang dewasa, Neil Postman
menyebutkan tiga karakteristik televisi. Pertama, pesan media ini dapat
sampai kepada pemirsanya tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk.Kedua, pesan
itu sampai tanpa memerlukan pemikiran. Ketiga, televisi tidak memberikan
pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa saja dapat menyaksikan
siaran televisi.
[4][4]Pada anak di bawah usia tiga tahun
(batita), dampak negatif televisi justru lebih terasa. Terbukti tayangan
televisi dapat menurunkan kemampuan membaca bahkan penurunan memori pada anak.
Batita yang terlalu sering menonton televisi akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan stimulasi yang baik bagi proses tumbuh kembangnya. Sebab, televisi
cuma menyodorkan stimulasi satu arah.[5][5]Bahkan sebuah
penelitian menunjukkan dampak negatif anak usia 5-15 tahun yang berjam-jam
menonton televisi akan dirasakan pada usia dewasa, baik mereka masih menonton
ataupun tidak.
[6][6]Dr.Richard C.Woolfson menyatakan
bahwa Televisi adalah media yang menghibur.Tetapi,bersosialisasi, membaca, dan
berolahraga juga harus menjadi bagian dari pengisi waktu luang anak. dan[7][7]Penelitian lain pernah dilakukan
Universitas Washington menemukan, membiasakan anak menonton TV sebelum berusia
tiga tahun dapat merusak keterampilan baca mereka dan bentuk perkembangan
kognitif lainnya ketika mereka akan mencapai usia enam tahun.
[8][8]Penelitian Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI) mengenai pengaruh Televisi terhadap
perilaku keseharian anak menemukan bahwa ketika anak menonton Televisi cenderung
melakukan kegiatan lain yaitu makan (45%),
tidur-tiduran (35%) dan belajar (20%). Dalam
keterkaitan antara Televisi dan belajar, penelitian ini menemukan
anak yang tak tahan godaan Televisi mengaku malas
belajar (80%) dan tidak suka membaca buku (20%).
[9][9]Hasil penelitian lain membuktikan bahwa
anak-anak usia 5-15 tahun yang menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari,
akan memperlihatkan gejala yang merugikan kesehatannya dalam satu dasawarsa
berikutnya, tanpa peduli apakah mereka gemar menonton televisi atau tidak
setelah dewasa. Pada usia 26 tahun mereka cenderung gemuk, kelebihan lemak.
[10][10]Kecepatan transisi gambar televisi
dihitung hingga durasi frame. Satu detik terdiri dari 25 frame gambar. Jika ini
disajikan kepada balita atau bayi terus menerus, bisa membuat anak tersebut
bertumbuh dengan kemampuan konsentrasi yang kurang.
Penyebab timbulnya
kebiasaan menonton televisi
Timbulnya kebiasaan
menonton televisi sebenarnya bisa saja datang dari dalam anak itu sendiri.
Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat
dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak . Rasa
ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong
mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara televisi
yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di
dalamnya.Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan juga sering
digunakan.
Anak-anak pada awalnya
hanya ingin mencoba hal baru yang
belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton
televisi.Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan,
mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi yang menurut mereka
menarik dan kemudian menyaksikannya. Dari awal iseng tersebut kemudian
berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah menjadi bagian
dari kegiatan mereka sehari-hari.
Selain faktor yang berasal
dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang berasal dari luar atau
eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan. Diantaranya
adalah kebiasaan orangtua, teman, waktu luang dan acara televisi yang
ditayangkan.
Contoh Kasus :
Contoh kasus anak usia dini bernama Adies Artika. P (5 Tahun) siswi dari PAUD At-taqwa Cisauk SituIlir. Setiap ia bermain di teras
rumahnya bersama anak lain yang usianya tidak jauh berbeda dengannya, mereka
selalu menirukan adegan-adegan sinetron yang mereka tonton setiap malam
harinya. Adegan yang ditirukan pun sebenarnya tidak layak untuk diperagakan
anak usia dini. Seperti adegan berpacaran , membully anak lain dan sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan
Adies, anak usia dini lainnya yang merupakan masih siswa Paud At-taqwa Cisauk Situ Ilir yaitu Rizki Maulana (6 Tahun) bahwa di sekolah iaseringkali bercerita kepada siswa lainnya tentang sinetron
yang sama dengan sinetron yang disaksikan oleh Adies. Ia juga sering menyanyikan
lagu-lagu orang dewasa apabila guru tidak mengawasinya.
Contoh kasus Adies dan Rizki diatas merupakan gambaran kecil
dampak televisi terhadap perkembangan anak usia dini. Saat ini tidak dapat di
pungkiri acara-acara yang marak di televisi adalah program untuk remaja dan
dewasa seperti sinetron,dan selain daripada itu adalah acara berita,
infotaiment, dan hanya sebagian kecil acara pendidikan atau film-film untuk
anak usia dini. Kalaupun ada, program televisi untuk anak biasanya hanya
ditayangkan pada jam-jam tertentu.Biasanya di siang hari, dan kemudian di malam
hari anak-anak lebih memilih menyaksikan sinetron untuk remaja dan dewasa.
Permasalahan ini tentu bukan hal
kecil bagi para pendidik, khususnya guru PAUD. Karena guru PAUD besar
pengaruhnya bagi perkembangan anak usia dini.
Bukan tidak mungkin tanpa adanya perhatian guru di sekolah mengenai
perkembangan perilaku anak yang mengimitasi idola mereka di televisi, sedikit
demi sedikit anak usia dini di karbit menjadi anak remaja padahal belum
waktunya. Contoh lain dari tayangan televisi adalah maraknya acara musik orang
dewasa yang sebagian besar lagu-lagu yang di perdengarkan adalah mengenai percintaan,
bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah lagu-lagu dengan lirik yang tidak
sopan dan seronok. Itu semua sudah menjadi konsumsi penonton televisi tidak
terkecuali anak usia dini.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi
·
Anak menjadi pribadi yang terbiasa
membuang-buang waktu
Dengan menonton televisi seringkali
orang yang menyaksikan tayangan favoritnya di televisi menjadi lupa akan waktu.
Terlebih anak usia dini yang belum dapat menyaring dengan tepat mana kebiasaan
yang baik dan buruk. Tayangan televisi membuat anak-anak betah berlama-lama di
depan layar kaca dari pagi hari hingga larut malam.
·
Mengganggu kesehatan anak
Kebiasaan menonton televisi setiap
harinya rata-rata menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan berjam-jam di
depan televisi tubuh anak tidak melakukan kegiatan fisik yang berarti, bahkan
cenderung diam di posisi yang sama selama berjam-jam. Kondisi seperti ini tidak
menutup kemungkinan bahwa aspek perkembangan fisik anak terganggu.
·
Pribadi anak menjadi individualis
Kegiatan menonton televisi, jaman
modern ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas.Para orangtua dirumah sudah
terbiasa lagi untuk mengasuh anaknya dengan televisi di dalam rumah daripada
membiarkan anak-anak bermain di luar rumah.Orangtua seringkali sibuk sendiri
dengan urusannya, sementara itu anaknya dibiarkan berteman dengan media
televisi.
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan banyaknya kasus yang terjadi maka menurut saya
hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi/mencegah dampak buruk dari
Televisi bagi anak usia dini dan unntuk mendapatkan manfaat yang besar
dari Televisi dan terhindar dari bahaya yang bisa ditimbulkannya, maka warga Indonesia khususnya
orang tua/wali murid dari siswa/siswi PAUD
At-TaqwaCisauk Situ IlirRt 03/05 perlu mengontrol anaknya dalam hal “menonton Televisi”. Dengan cara antara lain:
Pertama,membangun komitmen bersama untuk
menentukan jam atau hari bebas Televisi dalam keluarga sehingga anak menghargai makna waktu dalam
keluarga: waktu sholat, belajar, makan, bercengkerama tanpa mengharamkanTelevisi. Televisitidak menghantui aktivitas penting
dalam keluarga. Tanamkan kedisiplinan untuk menyikapi Televisiseperti menyikapi kegiatan hidup
lain yang selalu punya awal dan akhir.
Kedua, kontrol terhadap Televisi dapat
disiasati dengan menempatkannya tidak di tempat sentral. Tapi di sudut atau
pojok rumah yang bisa mengurangi selera untuk menyalakannya.
Ketiga, acara yang menambah wawasan ilmu
pengetahuan, agama, politik, dan budaya perlu menjadi agenda bersama dalam
keluarga. Terakhir, sepakati acara Televisi apa saja yang
perlu dijadikan musuh bersama. Jadi, jangan posisikan keluarga kita sebagai
tempat sampah bagi acara Televisi yang dibuat
tanpa pertimbangan estetika, etika dan logika. Jangan biarkan rohani anak kita
lelah dibiusnya.
Tag :
info guru
0 Komentar untuk "Pengaruh televisi bagi perkembangan anak usia dini"