MAKALAH KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………         i
Daftar isi………………………………………………………………………………        ii
BAB I PENDAHULUAN
§  Latar Belakang………………………………………………………………..          1
§  Rumusan Masalah…………………………………………………………….          2
§  Tujuan…………………………………………………………………………         3

BAB II PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PENILAIAN………………………………………………….      4
B.     KEDUDUKAN TES, PENGUKURAN, ASEMEN, DAN EVALUASI………    7
C.     PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN……………………………………………….    8
D.    PERGESERAN PARADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR…………….. 10
E.     JENIS FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN…………………..   11
BAB III PENUTUP
1.      KESIMPULAN …………………………………………………………………..   20
2.      SARAN …………………………………………………………………………..   22
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang 
Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. 
Hasil belajar siswa tidak selalu mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui, tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.  Ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati,  meski pun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar  langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran  yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and measurable).  Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen  untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. 
Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang mencerminkan  ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi yang bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau tidak naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya. 
Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir. Pada setiap tahapan diperlukan keterampilan khusus yang perlu dipelajari. Tulisan ini bermaksud membekali pengawas untuk dapat membina para guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar. 

2.       Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.                  Pengertian penialaian dalam pembelajaran ?
2.                  Bagaimana sistem penilaian pembelajaran ?
3.                  Apa saja alat penilaian pembelajaran?
4.                  Bagaimana menyusun alat penilaian pembelajaran?
5.                  Apa tujuan Penilaian Hasil Belajar?

3.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pengertian penialaian dalam pembelajaran
2.      Untuk mengetahui Bagaimana sistem penilaian pembelajaran
3.      Untuk mengetahui Apa saja alat penilaian pembelajaran
4.      Untuk mengetahui Bagaimana menyusun alat penilaian pembelajaran
5.      Untuk mengetahui Apa tujuan Penilaian Hasil Belajar

















BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN PENILAIAN
Sebelum membicarakan peniliaan dalam pembelajaran, ada baiknya kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentag knsep dan pengertian yang akan kita gunakan. Pada saat membicarakan masalah penilaian , kita sering menggunakan istilah tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang di gunakan secara tumpang tindih ( over lap ).
Kita sering rancu dalam menggunakan istilah-istilah tersebut karena keempat istilah tersebut karena keempaat istilah itu terjadi dalam satu kegiatan yaitu pada saat kita menilai hasil belajar siswa. Contoh : pada ulangan harian, intan dapat menjawab dari tiga lima pertanyaan tes uraian tetapi pada ulangan harian sebelumnya intan hanya dapat mengerjakan dua dari lima butir soal yang disediakan. Dari dta tersebut anda menyatakan bahwa intan telah mengalami kemajuan dalam belajar. Ini bearati pembelajaran yang anda lakukan cukup berhasil. Dari contoh tersebut, sebenarnya anda telah melakukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pertanyaan-pertanyaan yang anda berikan kepada intan adalah contoh alat ukur untuk mengukur hasil belajar intan.
Berikut ini di sajikan beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.
1.      Tes
tes dapat di definisikan sebagai seperangkat pertanyyan atau tugas yang di rencanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang di anggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respons atau jawaban.respon yang di berikan oleh siswa dapat benar atau salah menurut (zainul dan nsoetion (1997) apabila ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang bnar atau salah maka itu bukan tes.
            Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa
Berikut ini adalah contoh tes dan non tes
a.       Contoh teks objektif
Carryover effect dalam pemeriksaan hasil tes uraian dapat diatasi dengan cara
a.       Memeriksa hasil tes nomor pernomor soal untuk seluruh siswa
b.      Memeriksa hasil tes seluruh siswa persiswa
c.       Menggunakan 2 orang pemeriksa
d.      Memeriksa hasil tes dengan menggunakan pedoman penskorann.
b.      Contoh tes uraian
Perhatikan percobaan yang dilakukan berikut ini. Disediakan 4 buah stoples A, B, C dan D. Masing-masing stoples di isi dengan air dan ikan yang jenis, ukuran, dan jumlahnya sama, serta diberi makanan yan cukup. Pada stoplesa A di tambahkan tumbuhan air, pada stoples pada stoples B ditambahkan batsa merah, pada stoples c di tambahkan tumbuhan air dan bata merah , sedang pada stoples D ditambahkan tumbuhan air dan batu.
Pertanyaan :
1.)    Pada percobaan tersebut, apakah ada hubungan antara tumbuhan air dan kelangsungan hidup ikan ? jelaskan!
2.)    Ikan pada stoples mana yang dapat bertahan hidup paling lama ? jelaskan !












c.       Contoh pedoman untuk menilai keterampilan siswa dalam menggunakan mikrosop
No
Indikator
skor
1.
2.
3.
4.

5.
6.
Cara membawa mikrososkop
Cara memutar power mikrosop
Cara meletakan kaca objek
Cara mencari fokus untuk melihat objek
Cara melihat objek
Cara mencari fikus objek
4     3     2      1
4     3     2      1
4     3     2      1
4     3     2      1
4     3     2      1
4     3     2      1
4     3     2      1
                                               
Kriteria skor :
Skor 4 di berikan setiap indikator di lakukan dengan baik dan benar
Skor 3 di berikan setiap indikator di lakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 2 di berikan setiap indikator di lakukan dengan setengah benar
Skor 1 di berikan setiap indikator di lakukan dengan banyak kesalahan
d.      Contoh skala sikap
No
Indikator
skor
1.
2.
3.

4.

5.

Saya senang belajar IPA
Saya senang mengerjakan tugas IPA
Saya sering berdiskusi mata pelajaran IPA
Saya sering bertanya kepada guru tentang IPA
Saya memliki banyak buku IPA
5   4   3     I     1
5   4   3     I     1
5   4   3     I     1

5   4   3     I     1

5   4   3     I     1

Sekarang kita bahas lebih lanjut uraian mengenai pengukuran, asesmen, dan evaluasi
1.      Pengukuran
Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bis lepas dari masalah pengukuran. Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat diketahui setelah di lakukan pengukuran. Semua kegiatan penelitian yang di lakukan dalam berbagai bidang selalu melibatkan pengukuran baik pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Produk yang di hasilkan dari suatu teknologi slalu menggunakan pengkuran sehingga dapat di hasilkan produk yang mempunyai presisi tinggi.
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang di ukur.
Penentuan angka ini meruapakan suatu upaya untuk menggambarkan suatu objek . untuk dapat mrnhasilkan angka  ( yang merupakan hasil pengukuran )
Maka di perlukan alat ukur.
Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya bahwa kesalahan pengukurannya sekecil mungkin. Untuk iti di perlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan raliabel. Jika dalam melakukan pengukuran kita banyak melakukan kesalahan maka hasi pengkurannya tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu : alat ukur, objek yang di ukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran tersebut bersifat acak (random) atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak di sebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang di ukur dan yang mengukur. Sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang di ukr atau yang mengukur. Contoh : guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut cendrung memberi skor yang murah atau cendrung memberi skor mahal pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak melakukannnyas secara konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
2.      Asesmen
Di lapangan banyak guru yang belum mengetahui dengan benar konsep asesmen dan evaluasi. Satu istilah yang sering di gunakan untuk mewadahi kegiatan asesmen dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu slah karena dalam konsep asesmen dan evaluasi mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
Jadi asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
Berbagai jenis tagihan yang di gunakan dalam sesemen antara lain : kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh : guru memberi tugas kepada siswa untuk mengarang yang harus di kumpulkan pada tanggal yang telah di tetapkan. Stelah siswa mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan memberi umpan balik kepada siswa untuk di perbaiki lagi. Hasil pemeriksaan di kembalikan kepada siswa untuk di perbaiki. Siswa kemudian memperbaiki karangan sesuai dengan masukan guru. Setelah memperbaiki karangannya, siswa mengumpulkan kembali karangannya kepada guru untuk di nilai. Dari kegiatan seperti ini, guru dapat menilai hasil dan perkembangan hasil belajar siswa.
3.      Evalusi           
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup asesmen hanya pada individu siswa dalam kelas sedangkan lingkup evalusi adalah seluruh komponen dalam program pembelajaran tersebut.
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan merupakan kurikulum da penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan dan reformasi pendidikan secar keseluruhan.
Evaluasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja  dan produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu di dahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.

B.     KEDUDUKAN TES, PENGUKURAN, ASEMEN, DAN EVALUASI
Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil belajar siswa. Jika anda telah melaksanakan tes matematika maka anda akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Data hasil belajar tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakukan pengukuran anda perlu alat ukur. Anda tidak akan dapat melakukan pengukuran tanpa alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar dapat berupa tes atau non-tes. Jika anda melakukan beberapa kali tes matematika, maka anda akan mempunyai kumpulan data hasil belajar matematika siswa. Dari kumpulan data tersebut anda akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar matematika siswa. Kegiatan ini lah yang disebut asesmen. Jadi untuk melakukan asesmen anda memerlukan alat ukur , hasil pengukuran, dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selsai pembelajaran anda ingin melihat efektivitas program pembelajaran yang anda lakukan, anda perlu melihat kembali peran setiap komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang anda peroleh dari setiap komponen kegiatan pembelajaran maka, anda akan menilai efektivitas program pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut anda dapat menentukan kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Secara umum hubungan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi sebagai berikut :
Text Box: Evaluasi
Oval: Asesmen
Oval: Tes Oval: Pengukuran 


           







Gambar kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
C. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
Agar penilaian yang dilakukan benar-benar dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa maka dalam melkaukan penilaian perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian berikut :

1.      Berorientasi pada pencapaian kompetensi
Penilaian yang anda lakukan harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti apa yang telah ditetapkan dalam kurikulum
2.      Valid
Penilain yang anda lakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya dikuru. Untuk itu anda memerlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable.
3.      Adil
Penilaian yang anda lakukan harus adil untuk seluruh siswa. Siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama.
4.      Objektif
Dalam menilai hasil belajar siswa anda harus dapat menjaga objektivitas proses dan hasil penilaian. Objektifitas penilaian dipengaruhi oleh undur subjektifitas penilaian. Unsur subjektifitas dapat mempengaruhi penilaian pada saat pelaksanaan, penskoran, dan pengambilan keputusan hasil belajar siswa.
5.      Berkesinambungan
Penlaian yang dilakukan harus berencana, bertahap, teratur, terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Pengambilan keputusan pencapaian hasil belajar siswa todak boleh dilakukan hanya berdasarkan informasi hasil belajar siswa pada tes akhir semester saja tetapi harus diputuskan berdasarkan informasi hasil belajar siswa dari beberapa sumber yang diperoleh secara berkesinambungan. Hasil nelajar juga harus dianalisis dan ditindak lanjuti dengan pemberian umpan balik sehingga dapat diperoleh catatan tentanf perkembangan belajar siswa. Informasi tersebtu juga haeus dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran pada semester berikutnya. Dengan demikian penilaian harus merupakan bagian integral dari pembelajaran. Dengan melakukan penilaian secara berkelanjutan. Anda tidak hanya melakukan penilaian dalam arti asemen tetapi anda juga dapat melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran yang telah anda laksanakan

6.      Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian mengandung arti bahwa penilaian yang anda lakukan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang mungkin meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
7.      Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan
8.      Bermakna
Hasil penilain hendaknya memiliki makna bagi siswa dan juga pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa,minat,serta potensi siswa dalam mebcapai kompetensi yang telah ditetapkan
D. PERGESERAN PARADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR
      Sebagai salah satu alat ukur hasil belajar siswa, tes mempunyai beberapa kelemahan antara lain;
1.      Hampir semua jenis tes hanya dapat mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana tes sangat sukar jika digunakan untuk mengukur keterampilan yang kompleks dan sikap
2.      Hasil teks sering dijadikan sebagai satu-satunya indicator keberhasilan belajar siswa. Hasil teks sering dianggap sebagai gambaran yang valid dari kemampuan dan pengetahuan siswa pada hal butir-butir pertanyaan yang terdapat pada tes tersebut hanya mengukur bagian kecil dari materi atau bahan yang telah dipelajari siswa
3.      Dalam pelaksanaan nya tes selalku menimbulkan kece,asan pada diri peserta tes kecemasan dapat mengganggu peserta tes untuk menenjukkan kemampuan secara maksimal secara psikologis, kecemasan memang diperlukan agar peserta tes mampu menunjukkan hasil maksimal sebagai contoh misalnya pada saat anda sedang berjalan ditepi selokan secara tiba-tiba anda dikejar anjing, ternyata secara spontan anda mampu melompati selokan yang lebarnya 2 meter dimana jika dalam keadaan normal hal tersebut tidak mampu anda lakukan
4.      Tes sering kali menghukum siswa yang kreatif, jawaban tes sering sudah ditentukan pola dan isinya dengan demikian tes tidak akan memberi ruang gerak kepada siswa untuk menunjukkan kreatifitasnya
Jika dilihat dari sisi waktu pelaksaaan tesnya kita masih sering menemukan pengukuran hasil belajar hanya bertumpu pada hasil ujian semester saja. Bagaimana proses siswa untuk mempelajari suatu luput dari pengamatan. Uraian diatas merupakan model penilaian hasil belajar yang tradisoinal. Dalam mode tradisional penilaian hasil belajar merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Artinya penilaian hasil belajar dapat dilakukan oleh orang luar ( bukan guru yang mengajar dikela stersebut ), asalkan orang tersebut sudah mengetahui tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai oleh siswa
            Menyadari adanya kelemahan pada penilaian dalam mode tradisional yang hanya berorientasi pada hasil belajar saja, banyak ahli dan praktisi pendidikan yang mencari alternative penilaian hasil belajar yang lebih utuy atua lebih hakiki dalam model inipenilaian hasil belajar siswa merupakan bagian yang tidak terpisah dengan proses belajar. Karena penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses pembelajaran maka penilaian tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru kelaslah yang hanya dapat menilai proses hasil belajar siswa. Ini  lah yang dikenal dengan penilaian dalam arti asasemen dengan demikian terjadi pergeseran paradigm dari penilaian yang orientasi hasil saja dan kepenilaian yang berorientasi pada proses pembelajaran dan hasil belajar.
E.     JENIS FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Banyak jenis-jenis yang dilaksanakan disekolah, misalnya tes seleksi, tes penempatan, pre test- post test, tes formatif, tes diagnostic, tes sumatif, dan tes unjuk kerja. Tes seleksi (sesuai dengan namanya). Dimaksudkan untuk menyeleksi atau memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program,dengan demikian tes seleksi akan digunakan untuk menghasilkan calon-calon yang terpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program. Tes penempatan dimaksudkan untuk untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya, dengan demikian tes penempatan dapat digunakan untuk mengelompokan siswa dalam satu kelompok yang relative homogeny kemampuan atau keterampilannya.
Pre- test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran yang akan disampaikan dengankan post test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat tercapai tujuan program setelah mereka mengikuti program tersebut. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mengusai tujuan pembelajaran yang baru saja diajarkan. Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam pemahaman materi pelajaran. tes sumatif  dimaksudkan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran.
1.      TES SELEKSI DAN FUNGSINYA
Diberbagai media masa baik cetak maupun elektronik kita sering mendengar, melihat atau membaca iklan tentang lowongan pekerjaan, penerimaan siswa atau mahasiswabaru yang dipasang oleh berbagai instansi perusahaan dan sekolah.
Contoh:
1.      DIBUTIHKAN SEGERA
Sebuah Perusahaan Bonafide membutuhkan
Manager Operasioanl Furniture & Produksi Garment
Persyaratan:
1.      Pengalaman kerja dibidangnya minimal 1 tahun
2.      Pendidikan minimal S1
3.      Dedikasi dan loyalitas tinggi
4.      Mengusai manajemen furniture dan garmen
Cantumkan gaji yang diminta
Lamaran lengkap & CV dikiri paling lambat 1 minggu setelah iklah ini
Ke : PO.BOX, 1390 Yogyakarta 55000
(sumber: kedaulatan rakyat, 28 desember 2002)
Sesuia dengan namanya, tes seleksi merupakan satu jenis tes yang dimaksudkan untuk menyeleksi suatu program. Tes seleksi biasnya diadakan jika jumlah peminat yang akan mengikuti suatu program melebihi dari yang dibutuhkan. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara tertulis, wawancara atau keduanya.
                         Pada contoh iklan (a), perusahaan tersebut hanya membutuhkan seorang manajer, jika pelamar lebih dari satu orang maka perusahaan tentu akan memilih satu yang terbaik. Proses untuk memilih orang yang tepat menduduki suatu jabatan (dalam kasus diatas adalah memilih satu orang manajer oprasional ) biasanya dilakukan dengan wawancara. Pada dasarnya interpretasi hasil tes yang digunakan dalam tes seleksi adalah penilaian Acuan Kriteria (PAK). Jadi keberhasilan calon untuk dapat dinyatakan diterima atau tidak didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan.
2.      TES PENEMPATAN DAN FUNGSINYA
Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah setiap siswa diharpkan dapat mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan kalau kita berkaca pada tujuan pembelajaran tersebut semestinya setiap individu siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi konsep belajar tuntas (master learning). Jika diberi kesempatan yang cukup pada dasarnya seiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan yang mebedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mecapai tujuan tersebut. Apa bila konsep ini diterapkan maka setiap individu akan diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing-masing. Siswa yang cerdas akan dapat menyelesaikan proses pembelajaran lebih cepat dari siswa yang kurang cerdas. Dengan system belajar seperti ini sebenarnya siswa akan dapat belajar secara maksimal dan terhindar dari rasa bosan. Dalam system pembelajaran seperti ini maka tes penempatan memegang peranan pentinhg dalam membantu mengelompokan siswa sesuai dengan kemampuanya. Konsep mastery learning pernah dilaksanakan diindonesia mulai tahun 1976 melalui proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) sampai tahun Sembilan puluhan.
            Setelah program (PPSP) dihapus pada tahun Sembilan puluhan, saat ini mulai muncul adanya sekolah-sekolah yang mempunyai kelas unggulan. Kelas unggulan ini diisi oleh siswa-siswa yang berdasarkan tes penempatan mempunyai nunggulan dibandingkan dengan siswa lain. Waktu penyelesaian program bagi siswa yang masuk ke kelas unggulan diberi program-program tambahan sehingga kemampuan siswa dalam pengusai tujuan pembelajaran nya menjadi lebih mantap. Manfaat yang dapat di petik dengan dilaksanakannya tes penempatan adalah kita dapat memperoleh kelompok peserta program kemampuan yang relative homogeny sehingga program dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.
3.      PRE TEST – POST TEST DAN FUNGSINYA
Pre test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran dan post test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Jika dilihat dari tujuannya, pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan demikian apabila dilihat dari waktu pelaksanaan tesnya maka pre test pasti dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai. Dari mana materi pre test diambil ? sudah barang tentu materi untuk pre test diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal untuk pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembellajaran.
Dengan melakukan pre test maka akan ada kemungkinan bahwa anda tidak perlu mengajarkan konsep suatu materi dari awal tetapi dapat dimulai dengan konsep yang memang belum dikuasai oleh siswa. jika dalam pre test ditemukan indikator yang telah dikuasai siswa (dan tentunya tidak perlu diajarkan lagi) maka anda akan mempunyai waktu sisa yaitu  waktu yang pada awalnya anda rencanakan untuk membahas konsep materi yang ternyata telah dikuasai siswa. waktu ini dapat anda gunakan untuk memberikan penguatan atau pengayaan sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang anda bahas menjadi lebih baik.
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang telah anda lakukan maka pada akhir proses pembelajaran anda dapat melakukan post test. Agar anda dapat mengetahui apakah pembelajaran yang anda lakukan berhasil atau tidak maka tes yang anda gunakan paada saat pre test dan post test harus mengukur tujuan yang sama. Tes yang digunakan pada saat pre test dan post test sebaiknya tidak tes yang sama. Tes inilah yang disebut dengan tes paralel.
4.      TES DIAGNOSTIK DAN FUNGSINYA
Tes diagnostik merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. gronlund dan linn (1990) menyatakan bahwa “the function of diagnostic evaluation is to diagnoste learning diffisiculties during instruction” karena tes diagnostik akan digunakan untuk menemukan kesulitan pemahaman konsep yang dialami siswa maka materi tes diagnostik dikembangkan dari konsep-konsep yang sulit dipahami siswa. dari hasil tes diagnostik guru akan dapat menemukan kesulitan belajar yang dialami siswa. selanjutnya guru harus berupaya unntuk mencari penyebab kesulitan belajar tersebut dan sekaligus berupaya untuk mencari cara menghilangkan penyebab kesulitan belajar itu sehingga siswa dapat berhasil menyelesaikan semua program pembelajaran yang telah anda rancang.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep akan berbeda satu sama lain. Jadi walaupun tes diagnostik dilakukan secara klasikal tetapi terapi dari setiap kesulitan tersebut harus tetap dilakukan secara individual. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang tepat dan dapat pula disebabkan oleh berbagai faktor diluar pembelajaran. Guru merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Sebagai salah satu komponen penentu dalam proses pembelajaran, guru pemegang kunci dalam menentukan keberhasilan siswa. jika guru pandai dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat maka siswa akan mudah mencerna materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Faktor diluar pembelajaran yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar siswa antara lain adanya hambatan fisik, psikologis, dan sosial.
Banyak kasus kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari suatu  konsep disebabkan oleh gangguann yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, karena guru tidak tepat dengan memilih metode pengajaran, atau karena pengaruh lingkungan diluar sekolah. Jadi jika dari hasil tes diagnostik ditemukan ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu konsep maka guru harus melacak apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar tersebut, apakah keuslitan tersebut bersumber dari dalam diri siswa atau bersumber dari luar diri siswa. sebagai contoh misalnya, dari hasil tes diagnostik ani mengalami kesulitan dalam memahami konsep fotosintesis sehingga ani mempunyai pemahaman yang salah terhadap konsep tersebut. Ani menganggap bahwa proses fotosintesis hanya terjadi pada siang hari pada saat ada cahaya matahari. Dari hasil ini guru harus mulai mencari apa penyebab dari kesalahan pemahaman konsep fotosintesis yang dialami oleh ani. Langkah pertama barangkali yang harus ditempuh adalah mencari informasi apakah selama ini ia mempunyai hambatan fisik dan psikis selama mengikuti proses pembelajaran. Jika tidak ada hambatan yang berarti dari sisi fisik dan psikis maka pencarian penyebab mulai diarahkan kepada proses pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah dievaluasi ternyata pada saat menerangkan konsep fotosintesis, guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah. Guru tidak membawa siswa dalam situasi percobaan. Pada saat menjelaskan konsep tersebut, guru hanya membacakan saja uraian yang ada pada buku IPA yang selama ini digunakan untuk mengajar. Ternyata dalam buku tersebut memang hanya dituliskan bahwa proses fotosintesis berlangsung dengan proses yang disajikan dengan bagan sebagai berikut.
            +
Dari hasil pelacakan tersebut dapatlah ditemukan adanya dua penyebab mengapa ani mempunyai pemahaman konsep yang salah tentang fotosintesis. Penyebab pertama adalah adanya kesalahan konsep pada buku IPA yang digunakan sebagai pegangan oleh gur. Dan jika ini terjadi maka buku tersebut harus segera direvisi. Semestinya bagan untuk proses fotosintesis adalah sebagai berikut
+

Penyebab kedua adalah ketidak tepatan guru dalam memilih metode. Untuk menjelaskan konsep fotosintesis maka metode yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi. Dengan menggunakan metode tersebut siswa akan terlibat langsung dalam suasana percobaan atau demonstrasi. Dengan melakukan percobaan atau mendemonstrasikan proses fotosintesis (dengan menggunakan sumber energi cahaya matahari dan cahaya lampu) maka siswa akan memperoleh pemahaman yang benar tentang fotosintesis. Proses fotosintesis dapat terjadi dengan menggunnakan bantuan energi cahaya (terutama energi cahaya merah dan nila). Jadi semua sumber cahaya selama mempunyai energi cahaya terutama dari cahaya merah dan nila akan dapat membantu terlaksananya proses fotosintesis.
5.      TES FORMATIF DAN FUNGSINYA
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaranatau belum. Seperti apa yang disampaikan oleh Gronlund dan Linn (1990) bahwa “the function of formative evalution is to monitor learning progress during instruction”. Jika dari hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah tujuan pembelajaran yang belum dapat dikuasai siswa, anda harus mencari penyebabnya, apakah penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri siswa atau karena proses pembelajaran yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, misalnya karena anda kurang tepat dalam memilih metode dan atau media pembelajaran. Yang menjadi fokus daam pelaksanaan tes formatif adalah ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran bukan mencari poenyebab kesulitan belajar siswa. Sedangkan mencari penyebab kesulitan belajar siswa adalah fokus dari penyelenggaraan tes diagnostik.
Setelah anda menyelesaikan seluruh rangkaian proses pembelajaran, anda perlu ,mengukur sejauh man siswa dapat mencapai seluruh tujuan pembelajaran yang telah anda tetapkan. Jenis tes yang anda gunakan untuk menilai keberhasilansiswa setelah mengikuti seluruh rangkaian program pembelajaran adalah tes sumatif, seperti apa yang dikatakan Gronlund dan Linn (1990) bahwa “the function of summative evalution is to evaluate achievement at the end of instruction”. Ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan agar tes sumatif benar – benar dapat digunakan untuk menilai keberhasilan siswa di akhir program pembelajaran, yaitu :
1.      Tes sumatif harus berorientasi pada tujuan.
2.      Pemilihan sampel materi harus representatif.
3.      Jenis alat ukur yang digunakan harus tepat.
4.      Proses berpikir yang diukur harus sesuai dengan proses pembelajaran.

6. TES SUMATIF DAN FUNGSINYA
Jika tes formatif lebih dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran maka tes sumatif merupakan jenis tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir soal yang dikembangkan pada tes sumatif harus dapat mengukur ketercapaian seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mencakup tiga kawasan tersebut harus dilatihkan atau diajarkan kepada siswa. Sebagai konsekuensi dari pembelajaran tiga kawasan tersebut maka penilaian hasil belajarnya harus menggunakan alat ukur atau instrumen yang dapat dengan tepat mengukur masing – masing kawasan yang akan diukur.
Manfaat Tes Sumatif :
1.      Bagi Siswa
Seperti telah dijelaskan didepan bahwa tes sumatif bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran. Setelah siswa mengikuti tes sumatif maka hasilnya harus segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan agar mereka dapat mengetahui sejauh mana prestasi atau tingkat kemampuan mereka dalam mata pelajaran tersebut.
2.      Bagi Guru
Walaupun proses pembelajaran telah diupayakan untuk memperbaiki berdasarkan hasil tes formatif tetapi tetap saja dimungkinkan bahwa pada saat tes sumatif terdapat sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil tes sumatif memang tidak dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada saat itu etapi akan dapat menjadi bahan renungan bagi guru untuk menganalisis kembali yang menjadi faktor penyebab adanya siswa yang tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran. Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang.
Dasar untuk melihat kualitas suatu butir soal tidak cukup hanya didasarkan pada hasil analisis item saja tetapi harus juga didasarkan pada pertimbangan ahli. Adakalanya dari hasil analisis item, suatu butir soal dinyatakan jelek kualitasnya tetapi setelah dicermati baik dari sisi konstruksi soal maupun kebenaran materinya ternyata butir soal tersebut kualitasnya cukup baik. Hal ini dapat terjadi karena penentuan karakteristik butir soal dilakukan berdasarkan pada pendekatanteori klasik (Clasical Theory). Dalam teori ini dikatakan bahwa karakteristik suatu butir soal akan tergantung pada kemampuan siswa yang respon dan sebaliknya kemampuan siswa tergantung karakteristik butir soal.
3.      Bagi Orang Tua
Karena tes akhir semester atau tes akhir tahun sangat bermanfaat bagi orang tua untuk mengetahui prestasi anak disekolah maka para guru hendaknya selalu membagikan hasil tes tersebut kepada siswa agar hasil tersebut dapat disampaikan kepada orang tuanya. Jika hasil tes tersebut memuaskan maka orang tua dapat memberikan motivasi kepada anaknya agar ia dapat mempertahankan prestasi tersebut, sebaliknya jika hasilnya kurang memuaskan maka orang tua harus berupaya untuk memberi perhatian yang lebih kepada anaknya pada saat belajar.
4.      Bagi Kepala Sekolah
Setelah tes sumatif selesai dilaksanakan untuk semua mata pelajaran dan hasilnya selesai dinilai oleh guru – guru yang bersangkutan, kepala sekolah perlu meminta rekap nilai siswa untuk seluruh mata pelajaran. Hasil ini akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Lebih jauh hasil tes sumatif dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil serupa yang dicapai oleh sekolah
           


















BAB III 
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. 
Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan  posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses mementukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. 
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi  yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema  penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment. 
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi  unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Adapun system-sistem Penilaian antara lain system penilaian berkelanjut dan system pengujian akhir. Disamping itu ada alat-alat penilaian yaitu berupa tes antaranya tes uraian yang meliputi: tes uraian bebas, terbatas, dan berstruktur, dan tes objektif yang meliputi: pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan dan melengkapi.
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut:
A.    Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui  kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran  yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya
B.     Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh   keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan   pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran      penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau    membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas.
C.     Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan  penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya  hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata,  tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan     kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam mekalsanakan program tersebut.   Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar  dan alat bantu pembelajaran.
D.    Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,  masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil- hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. 
E.     Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester. 



3.2. Saran
Tak ada gading yang tak retak, makalah ini adalah upaya untuk pengetahuan kita tentang system penilaian hasil belajar dan pembelajaran.Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan membuat kita mengerti bagaimana yang telah dijelaskan diatas. Amin.



















DAFTAR PUSTAKA
     

Suryanto,Adi.2014.Evaluasi Pembelajaran di SD.Jakarta:Universitas Terbuka
0 Komentar untuk "MAKALAH KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN"

Back To Top