Oleh Revina
Riandini
Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Semarang
riandinirevina@gmail.com
ABSTRAK
Dewasa ini banyak beredar bahan
pengawet makanan, Pengawet makanan
digolongkan menjadi dua, pertama pengawet alami yang bisa diperoleh dari bahan
makanan segar seperti bawang putih, gula, garam dan asam. Golongan kedua
adalah pengawet sintetis, contoh dari pengawet tersebut adalah nastrium
benzoat, kalium sulfit dan nitrit. Bahan pengawet di atas adalah bahan pengawet
yang di anjurkan oleh BPOM tetapi karena harganya yang mahal dan sulit di dapat
maka banyak pedagang nakal yang menggunakan bahan pengawet yang murah dan mudah
di dapat yaitu Formalin. Formalin sebenarnya di gunakan untuk pengawet mayat
sebelum mayat tersebut di kremasi atau di kubur. Dalam makalah ini akan di
bahas tentang apa itu formalin dan apa akibatnya jika masuk kedalam tubuh
manusia.
Keywords: masyarakat
cerdas, waspada, formalin
1.
PENDAHULUAN
Seiring
dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi maka gaya hidup masyarakat
sangatlah berbeda, sekarang masyarakat lebih memilih atau menyukai hal-hal yang
instan terutama dalam hal makanan. Makanan instan kini banyak di jumpai di
pasaran, entah itu pasar tradisional maupun pasar modern. Untuk membuat makanan
instan tentunya di butuhkan bahan pengawet untuk menjaga makanan itu agar tetap
segar walau sudah berhari-hari di simpan. Ada berbagai macam bahan pengawet
yang berada di pasaran. Karena latar belakang
inilah yang membuat saya ingin membuat sebuah karya tulis yang
menyangkut tentang penggunaan bahan pengawet pada makanan.
Bahan
pengawet di bedakan menjadi dua yaitu
bahan pengawet alami dan bahan pengawet sintetis. Bahan pengawet alami yaitu
bahan yang di buat secara alami contohnya adalah garam dapur, gula pasir, cuka,
dan dengan cara di keringkan. Sedangkan bahan pengawet sintetis adalah bahan
pengawet yang di buat dengan cara fermentasi dari bahan-bahan kimia contohnya
adalah natrium, benzoat, kalium sulfit dan nitrit. Dalam penggunaan bahan
pengawet juga di batasi oleh BPOM (Badan Pengawet Obat dan Makanan) seberapa
banyak penggunaan yang di bolehkan untuk di campurkan dalam makanan terutama
dalam penggunaan pengawet sintesis. Pemerintah juga sudah menetapkan bahan
pengawet yang aman bagi kesehatan seperti yang di atur dalam Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 1. Benzoat, (dalam
bentuk asam, garam kalium, garam natrium), 2. Propionat (dalam bentuk asam,
garam kalium, garam natrium), 3. Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium) dan
nitrat ( dalam bentuk garam kalium/natrium), 4. Sorbat, (dalam bentuk garam
kalium dan kalsium), 4. Sulfit (dalam bentuk garam kalium dan natrium bisulfit
atau metabisulfit).
Seperti kita ketahui bahan-bahan
pengawet alami jika di gunakan dalam jumlah banyak akan memerlukan biaya yang
banyak, sehingga kebanyakan dari produsen yang memilih bahan sintetis yang
lebih murah di bandingkan dengan bahan alami. Tapi bahan sistesis susah untuk
di dapatkan di pasaran karena harus membeli di toko-toko bahan obat-obatan yang
tidak di semua tempat di temui, masalah tersebut menjadikan para produsen
memutar otak mereka untuk menemukan bahan apa yang murah dan bisa di temukan
yaitu formalin dan borak. tapi yang akan saya bahas dalam karya tulis ini
adalah formalin. Penggunaan formalin sebenarnya tidak diizinkan ditambahkan ke
dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin
mudah diperoleh di pasar bebas dengan harga murah, adapun landasan hukum yang
ada adalah :
No
|
UU
yang mengatur
|
Bahasan
|
1
|
UU
Nomor 23 tahun 1996
|
tentang
kesehatan
|
2
|
UU
Nomor 7 tahun 1996
|
tentang
pangan
|
3
|
UU
Nomor 8 tahun 1996
|
tentang
perlindungan konsumen
|
4
|
Kemenkes
Nomor1168/menkes/per/X/1999
|
tentang
bahan tambah makanan
|
5
|
SKMemperindag
Nomor254/2000
|
tentang
impor dan peredaran bahan berbahaya
|
(lihat
pada Karim, S. (2008).
Belajar IPA (136)
2.
PENGERTIAN
FORMALIN
Seperti
yang kita tahu bahwa saat ini dipasaran banyak sekali jenis dan macam-macam
bahan pengawet, dari pengwet yang berbahan sintetis atau pengawet berbahan
alami. Berbagai jenis pengawet tersebut tidak menjamin para pedagang
menggunakan bahan pengawet yang di anjurkan oleh BPOM. Mereka malah lebih
memilih menggunakan bahan yang bisa di bilang sangat berbahaya bagi tubuh
manusia, bahan tersebut adalah Formalin.
Formalin dapat digolongkan sebagai zat pengawet. Zat
pengawet ditambahkan pada berbagai sediaan obat bentuk cairan untuk mencegah
pembusukan microbial. Formalin mempunyai banyak namakimia diantaranya adalah :
Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane,Polyoxymethylene
glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde,
Formalith,Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Formalin dapat ditemukan atau di beli di took bahan kimia,
toko bahan, alat laboratorium, dan dipasar-pasar tradisional. Formalin adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. (lihat pada Karim, S. (2008). Belajar IPA(137))
Didalam
formalin
mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol
hingga 15 persen sebagai pengawet . formalin dikenal sebagai bahan pembunuh
hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industry. Nama lain dari formalin adalah farmol, methylene
aldehyde, paraforin, mobicid, Oxomenthane, Formalith. Berat molekul Formalin
adalah 30,03 dengan rumus HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi
dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat
aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh
membentuk senyawa yang mengendap. Formalin biasanya di simpan di tempat yang
terbuat dari baja tahan karat, aluminium murni, politilen atau piliester yang yang
lipase fiberglass. (lihat di scibd.com. (2012, september 13)
Tapi selain sebagai
pengawet mayat dan sebagai desinfektan kini formalin beralih fungsi menjadi
obat pengawet makanan oleh para penjual-penjual yang hanya mementingkan
keuntungan sesaat. Biasanya formalin di campurkan pada mie, bakso, tahu dan
lain-lain agar makanan tersebut menjadi kenyal, warna lebih menarik dan tahan
lebih lama.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan
(Additive) pada Codex Alimentarius maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Hymas
pengurus besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB
PAPDI). Meskipun di larang keras alasan para pedagang menggunakan formalin
adalah karena harga yang relative terjangkau, makanan menjadi lebih menarik, dan
makanan data disimpan lebih lama jika makanan tersebut tidak habis terjual pada
hari itu juga. Padahal penggunaan formalin sudah dilarang keras oleh BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan), hampir setiap saat BPOM melakukan razia
pasar untuk mencegah penyebaran formalin. Tapi kesadaran pedagang tentang
bahaya formalin bagi tubuh manusia jika tertelan dan mengendap lama di dalam
tubuh, membuat para pedagang tidak memperdulikan aturan yang sudah ditetapkan
oleh BPOM. Kita sebagai orang awam harus tau bagaimana cara mengetahui
mengetahui kandungan formalin dalam makanan dengan cara menggunakan kertas
indikator pada air rendaman makanan tersebut. Kertas indikator ini dapat kita
peroleh di apotek atau took obat. Bila kertas indikator kemudian berubah warna
setelah di celupkan ke dalam rendaman, maka bisa di pastikan makanan tersebut
menggunakan formalin.(lihat pada siijolumut.blogspot.com)
Jika
anda malas untuk membeli kertas indikator dan malas untuk melakukan percobaan
di atas, anda juga bisa mengetaui langsung dengan cara mengamati makanan yang
akan anda beli. contohnya seperti tahu yang mengandung formalin bentuknya
sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur/rusak/busuk sampai tiga hari pada suhu
kamar 250 C dan bertahan lebih dari 15 menit pada suhu lemari es (100)
terlampau keras tapi tidak padat, dan bebau agak menyengat. Mie basah yang awet
beberapa hari dan tidak mudah basi sampai dua hari pada suhu kamar 250
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (100) bau agak
menyengat, tidak lengket dan mie lebih mengkilat di bandingkan mie normal yang
tidak mengandung formalin. Ayam berformalin tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar 250C, teksturnya kencang dan bau formalin menyengat atau
tercium. Ikan bash yang warnanya putih bersih, kenyal, ingsangnya berwarna
merah tua bukan merah segar, awet sampe beberapa hari, tidak mudah busuk. Bakso
yang tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar 250, dan mempunyai
tekstur yang sangat kenyal. Formalin tidak akan menjadi bahaya apabila kita
memakai atau memanfatkannya dengan benar, dapun penggunaan formalin yang benar
adalah :1) Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan
untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian, 2) Pembasmi lalat dan
berbagai serangga lain, 3) Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
cermin kaca, dan bahanpeledak, 4) Dalam dunia fotografi biasanya digunakan
untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, 5) Bahan pembuatan pupuk dalam
bentuk urea, 6) Bahan untuk pembuatan produk parfum, 7) Bahan pengawet produk
kosmetika dan pengeras kuku, 8) Pencegah korosi untuk sumur minyak, 9) Bahan
untuk insulasi busa, 10) Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
(lihat pada h3ndry-renza96.blogspot.com)
3.
BAHAYA FORMALIN
Seperti
yang kita ketahui formalin adalah zat kimia, seperti kebanyakan zat kimia formalin
juga mempunyai bahanya atau efek samping yang ditimbulkan entah itu sebagai
bahan pengawet mayat atau sebagai desinfektan. Jika sebagai pengawet makanan
dan desifektan saja bisa berbahaya apalagi jika tertelan dan masuk kedalam
tubuh manusia? Disini saya akan menjelaskan tentang bahaya formalin bagi
kesehatan.
Tanpa
kita sadari formalin masuk ke dalam tubuh melalui dua jalan yaitu melalui
mulut, dan melalui pernafasan (hidung). Polusi di udara seperti asap pabrik,
asap kendaraan juga sebenarnya mengandung Formalin. Formalin di udara berbau tajam
menyesakkan, merangsang hidung dan tenggorokan, dampak buruk bagi kesehatan
pada orang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau
paparan yang berlangsung kronik. Formalin sangat
berbahaya bagi kesehatan, bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun,
karsinogen ( menyebabkan kanker ), mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan
jaringan tubuh, korosif dan iritatif, Orang yang mengonsumsinya (akut) akan muntah, diare bercampur darah,
kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan
peredaran darah. Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh
saluran pernapasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh
manusia. Jika sampai tertelan, orang tersebut harus segera diminumkan air
banyak-banyak dan diminta memuntahkan isi lambung.Gangguan pada persarafan
berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan
menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Penggunaan formalin jangka
panjang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan.
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta
akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi
keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak
tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme
pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa
berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah
salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas
mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung
masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut.Secara imunologik sIgA
(sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina
propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada penelitian binatang
menyebabkan kanker kulit dan kanker paru. Formalin disamping masuk melalui alat
pencernaan dan pernafasan, juga dapat diserap oleh kulit. Formalin juga
termasuk zat neurotoksik, karena bersifat racun dan dapat merusak
syaraf tubuh manusia dalam dosis tertentu. Informasi menurut sistem keamanan
pangan terpadu menyebutkan bahwa jika formalin terminum minimal 30 ml (sekitar
2 sendok makan) dapat menyebabkan kematian. Konsumsi formalin pada dosis sangat
tinggi dapat konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah), haimatomesis
(mutah darah) yang berakhir pada kematian. Injeksi formalin pada dosis 100 gr
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam. (lihat pada h3ndry-renza96.blogspot.com)
Tetapi
Adakah sanksi
hukum bagi produsen bahan makanan yang terbukti menggunakan formalin? Mungkin
anda mengharapkan jika para produsen yang nakal di beri sangsi yang tegas,
entah itu denda, penjara ataupun sangsi social yang bisa membuat mereka jera
menggunakan formalin ataupun zat yang setara untuk pengawet makanan prouksi
mereka. Tapi sayangnya harapan anda agaknya tidak akan terwujud untuk saat ini
karena secara eksplisit tidak ada hukum tertulis yang mengatur sanksi hukum
bagi kejahatan penyalahgunaan formalin. Namun jika ditilik dari kerusakan yang
ditimbulkan, mereka patut menerima sanksi hukum, atau paling tidak, sanksi
moral dari masyarakat. Hanya cara itu membuat mereka jera.
Sanksi hukum atau moral mestinya tidak hanya dikenakan
kepada para penyalahguna formalin, tetapi juga pada produsen atau penjual bahan
pengawet makanan dan pewarna yang membahayakan kesehatan manusia, terutama
anak-anak. Sekarang bahan-bahan seperti itu juga beredar luas dan dijual bebas
sampai ke desa-desa. Sebenarnya tidak ada yang salah pada formalin. Formalin
yang digunakan secara tepat bisa bermanfaat bagi manusia, bukan malah
membahayakan kehidupannya. Namun orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah
menggunakan formalin untuk meraih keuntungan diri sendiri, mengabaikan
keselamatan orang lain.
PENANGANAN BILA TERPAPAR FORMALIN
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin,
tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah
paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan
masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila
terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin.
Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang
banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian
yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata
dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata
dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam
dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap
dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau
norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan
segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka
panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah
kecil. Dalam jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau
gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul.
(lihat Hidayat, E. (2012, 3 8). siijolumut.blogspot.com.)
Cara Menghilangkan Kadar Formalin pada Makanan
Saya menyadari jika kehidupan kita sehari-hari lekat dengan
penggunaan formalin, kita juga tidak mungkin untuk menyeleksi makanan satu
persatu untuk mengecek atau mengetahui kadar formalin yang terkandung dalam
makanan tersebut. Tapi kita masih bisa untuk menghilangkan atau mengurangi
kadar formalin pada makanan yang telah kita beli di pasar-pasar atau di
toko-toko. Menurut Dra. Sukesi M.Si, dosen Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) ITS,
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan formalin
dalambahan makanan dengan boleh dibilang tanpa tambahan biaya apapun, hanya
dengan bagaimana kita memperlakukan itu sebelum dikonsumsi.
Lalu
apa yang harus kita lakukan untuk menghilangkan kadar formalin yang ada pada
makanan? Disini saya akan mencoba untuk menjelaskan secara singkat kepada anda.
Ikan Asin
Cukup mudah kata Kesi menjelaskan, untuk
proses deformalinisasi ikan asin, dapat dilakukan dengan cara merendam ikan
asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni: air, air garam dan air leri.
“Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar formalin sampai
61,25% dan dengan air leri mencapai 66,03% sedang pada air garam hingga 89,53%.
Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi
maka kadar formalin akan berkurang,” katanya.
Memang, tambahnya, kita tidak dapat
menghilangkan hingga 100% kadar formalin yang ada. Tapi paling tidak dengan
makin berkurangnya kadar formalin dalam bahan makanan itu, maka untuk
mengkonsumsinya akan relatif lebih aman. “Saya tidak mengatakan formalin itu
aman digunakan sebagai pengawet, tapi mengurangi kadar formalin dalam bahan
makanan yang mengandung formalin menjadi penting untuk diketahui dan dipahami,”
katanya.
Tahu
Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk
mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus
dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti
dengan proses penggorengan. Hasilnya, berbeda-beda, terbaik merebusnya dalam
air mendidih kemudian di ikuiti dengan proses penggorengan.
Mie dan Ikan Segar
Sedang untuk mie proses deformalinisasi
terbaik adalah dengan cara merendam dalam air panas selama 30 menit, dimana
hasilnya dapat menghilangkan kadar formalin hingga mencapai 100%. Adapun pada
ikan segar, dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan cuka 5% selama 15
menit. (lihat pada puskesmaspegandansemarang.wordpress.com)
4.
KESIMPULAN
Jika kita melihat apa yang sudah saya terangkan di atas dapat
kita tarik kesimpulan bahwa formalin adalah senyawa zat kimia yang tergolong
sebagai zat pengawet yang dapat
bermanfaat dan dapat juga menjadi berbahaya. Formalin bisa digunakan sebagai
desinfektan dan obat untuk pengawet mayat tetapi belakangan ini formalin
beralih fungsi menjadi obat untuk pengawet makanan, karena formalin mudah
didapatkan dan harganya relatife lebih murah hal itu menyebabkan para produsen
lebih memilih menggunakan formalin dari pada obat pengawet makanan yang sudah
di anjurkan oleh BPOM dan Kementrian Kesehatan. Meskipun penggunaan formalin
sudah dilarang dan sudah di atur dalam undang-undang tapi undang-undang
tersebut belum didukung dengan sangsi yang tegas, sehingga para produsen nakal
masih berlenggang dengan enaknya menggunakan formalin.
Para produsen tersebut hanya
memikirkan keuntungan saja, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan karena
tindakannya itu. Mencampurkan formalin dalam makanan sangatlah berbahaya bagi
kesehatan manusia, dalam jangka pendek formalin akan larut dalam darah dan
mengendap dan dikeluarkan dengan cairan pada tubuh kita. sedangkan dalam jangka
panjang formalin dapat menyebabkan kebutaan, kangker kulit, kangker paru-paru,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Formalin juga termasuk zat neurotoksik,
karena bersifat racun
dan dapat merusak syaraf tubuh manusia dalam dosis tertentu.
Informasi menurut sistem keamanan pangan terpadu menyebutkan bahwa jika
formalin terminum minimal 30 ml (sekitar 2 sendok makan) dapat menyebabkan
kematian. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat konvulsi
(kejang-kejang), haematuri (kencing darah), haimatomesis (mutah darah) yang
berakhir pada kematian. Injeksi formalin pada dosis 100 gr dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu 3 jam. Menurut IPCS
(International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di
dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Jika kita melihat bahaya yang
ditimbulkan kita bisa menyadari betapa berbahayanya penggunaan formalin dalam
produk makanan, oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana cara memilih
makanan yang bebas dari formalin, dengan cara yang mudah dan tentunya dapat
bermanfaat. Seperti selogan yang sering saya dengar “Mencegah lebih baik dari
pada mengobati”.
Dalam hubungannya dengan dampak negative Formalin,
maka imunitas tubuh sangat memegang peranan dalam memblokade serangan
senyawa-senyawa toksik dalam Formalin. Jika imunitas tubuh dalam kondisi
rendah, sangat mungkin Formalin yang dengan konsentrasi rendah sekalipun akan
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Beberapa saran agar dapat hidup secara nyaman dan aman
dengan Formalin, yang pertama adalah. usahakan tetap tenang dan memakai pikiran
logis. Kita harus meningkatkan kewaspadaan serta kejelian dengan memperhatikan
kualitas dan kondisi barang serta harganya. Yang kedua, teliti dan cermat
sebelum mengkonsumsi makanan. Biasanya, makanan yang mengandung Formalin
memiliki penampilan fisik yang sempurna, daging sudah tidak terlalu kenyal,
berat makanan bertambah, dan tercium bau bahan kimia.Hal tersebut dapat
dilakukan oleh orang awam sekalipun. Yang ketiga, Jika memungkinkan, pakailah
bahan pengawet lain, seperti Natrium Benzoat yang berbentuk garam berkristal.
Natrium Benzoat ini memang relative mahal, tetapi apalah artinya jika dibanding
dengan kesehatan kita. Yang keempat, tingkatkan konsumsi makanan suplemen
kesehatan sebagai pemblokade partikel racun yang masuk ke dalam tubuh, dan juga
meningkatkan stamina dan imunitas tubuh dalam menghadapi keadaan lingkungan
yang terburuk. (lihat pada Doerge, r. F. (1982).
buku teks wilson dan gisvold kimia farmasi dan medisinal organik. dan Sim-annisa-istiqomah.blogspot.com)
Daftar Pustaka
Doerge, r. F. (1982). buku teks wilson dan gisvold
kimia farmasi dan medisinal organik. semarang: ikip semarang press.
Refrensi Media Masa
scibd.com.
(2012, september 13). Retrieved november 2013, 2013, from
http://id.scribd.com/doc/96308184/Pengertian-Formalin:
Hidayat, E. (2012, 3 8). siijolumut.blogspot.com.
Retrieved 11 7, 2013, from
http://siijolumut.blogspot.com/2012/03/uji-kandungan-formalin-pada-bakso-tahu.html
renza, H. (2013, 3 13). h3ndry-renza96.blogspot.com.
Retrieved 11 7, 2013, from http://h3ndry
renza96.blogspot.com/2013/03/dampak-formalin-terhadap-kesehatan.html
Istiqomah, A. (2010, 04). Sim-annisa-istiqomah.blogspot.com.
Retrieved 11 7, 2013, from http://sim
annisa-istiqomah.blogspot.com/2010/04/pengaruh-buruk-zat-formalin-bagi.html
semarang, P. (2012, 7 23). puskesmasmaspegandansemarang.wordpress.com.
Retrieved 11 9, 2013,
from http://puskesmaspegandansemarang.wordpress.com/2012/07/23/cara-mengurangi-kadar-formalin-2/
Karim, S. (2008). Belajar IPA. Depok,Sleman,Yogyakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
0 Komentar untuk "Waspada terhadap formalin"