LAPORAN
OBSERVASI
“KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL
MENCERITAKAN KEMBALI DI KELAS IVB DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIKANDE 1”
Diajukan Sebagai Syarat Tugas Mata
Kuliyah Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Dasar Kelas Tinggi
Dosen Pengampu
Rina Yuliana, M.Pd
Di
Susun Oleh
I’ANAHTUL
WAFA (2227142353)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan laporan observasi mata kuliyah Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi dengan judul Meningkatkan Keterampilan Berbicara
dengan menggunakan Model Menceritakan Kembali pada kelas IV B di Sekolah Dasar
Negeri Cikande 1. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang mengikutinya
hingga akhir zaman.
Peneliti
menyadarai bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangannya, maka
peneliti akan dengan senang hati menerima kritik yang membangun.
Taklupa peneliti
menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan penelitian
ini, yang setinggi-tingginya yang terhormat
1.
Ibu Rina
Yuliana, M.Pd, selaku dosen mata kuliyah Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun laporan observasi
ini.
2.
Ibu
Siti Laela S.Pd.,M.Pd selaku kepala
sekolah SD Negeri Cikande 1 yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam
melaksanakan observasi ini.
3.
Ibu Parminah, S.Pd selaku wali kelas IV B SD Negeri Cikande 1 yang telah
banyak membantu dalam observasi ini.
Semoga
bantuan dalam bentuk apapun yang telah diberikan. Allah SWT balas dengan pahala
yang berlipat. Amin
Meski demikian peneliti
menyadari laporan observasi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu,
peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membantu agar laporan
observasi ini jauh lebih sempurna dan dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Serang,
12 Desember 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah .................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C.
Tujuan .............................................................................................................. 4
D.
Manfaat ........................................................................................................... 4
BAB
II
KAJIAN TEORITIK
A. KETERAMPILAN BERBICARA
1. Pengertian
Berbicara .................................................................................. 6
a) Tujuan
berbicara ............................................................................ 8
2. Pendekatan
................................................................................................ 8
a) Pendekatan
saintifik.............................................................................
9
b) Tujuan
pendekatan saintifik.................................................................
10
c) Prinsip
pendekatan saintifik................................................................. 10
d) Langkah-langkah
umum pendekatan saintifik......................................
11
3. Model
Pembelajaran................................................................................... 12
a) Model
meceritakan kembali.................................................................. 12
4. Strategi
Pembelajaran................................................................................. 13
a) Cooperative
learning............................................................................. 14
5. Motode
Pembelajaran................................................................................. 14
a) Cermah
................................................................................................ 15
b) Diskusi.................................................................................................. 15
c) Tanya
jawab ......................................................................................... 16
d) Penugasan............................................................................................. 16
B.
HASIL
OBSERVASI
1.
observasi yang
ke 1................................................................................... 16
2.
observasi yang
ke 2................................................................................... 18
3.
observasi yang
ke 3................................................................................... 18
C.
PEMBAHASAN
1. Kegiatan
Simulasi ...................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
.............................................................................................. 21
B. SARAN
........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iii
LAMPIRAN
A ........................................................................................................... 23
LAMPIRAN
B ............................................................................................................ 24
LAMPIRAN
C ............................................................................................................ 25
LAMPIRAN
D............................................................................................................
26
LAMPIRAN
E............................................................................................................. 27
LAMPIRAN
F............................................................................................................. 28
LAMPIRAN
G............................................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
setiap proses pendidikan selalu melibatkan pendidik dan siswa. Maka diperlukan
hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat
aktif dalam proses pembelajaran. Suatu aktivitas pembelajaran melibatkan
kemampuan fisik, kemampuan mental, dan kemampuan sosial. Cara guru mengajar
melibatkan peranan, inisiatif, dan keikut sertaan siswa yang tinggi dalam
menetapkan masalah, mencari informasi, dan menentukan cara pemecahan masalah.
Dalam
kehidupan manusia, bahasa merupakan alat komunikasi. Manusia berinteraksi
melalui bahasa. Mereka dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
saling berbagi pengalaman, dan saling belajar dengan yang lain. Di setiap
negara tentu menggunakan bahasa mereka masing-masing. Seperti halnya di
Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasionalnya. Bahasa
Indonesia menjadi pengantar setiap pembelajaran di semua jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga jenjang pendidikan
tinggi. Oleh karena itu, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berpikir,
berkomunikasi, dan belajar. Belajar bahasa adalah salah satu kegiatan manusia
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan khususnya di sekolah dasar. Pada
tingkat permulaan, siswa sekolah dasar akan diberikan pengetahuan tentang
calistung (baca, tulis, hitung). Salah satunya yaitu berbicara merupakan salah
satu aspek keterampilan berbahasa, aspek keterampilan berbahasa yang lain yaitu
membaca, mendengar, dan menulis.
Menurut
Tarigan (2008:16) berbicara berarti kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Greene & Petty dalam Tarigan (2008:3-4) mengartikan
berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu
berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak,
melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan
bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.
Selain
itu, di dalam berbahasa juga diperlukan keterampilan. HG.Tarigan (1985: 1)
menyatakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu keterampilan
menyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking
skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis
(writing skllis). Masing-masing keterampilan tersebut mempunyai hubungan yang
erat. Ketika pada masa kecil kita belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian
berbicara dan dilanjutkan belajar membaca dan menulis.
Berbicara
merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan, sebab melalui sebuah
aktivitas berbicara seseorang mampu berkomunikasi dengan manusia yang lainnya.
Melalui aktivitas berbicara seseorang menyampaikan keinginan, informasi,
pikiran, gagasan, membujuk, meyakinkan, mengajak, dan menghibur.
SDN
Cikande 1 adalah salah satu lembaga pendidikan jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan potensi peserta
didik.
Berdasarkan
hasil obesrvasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 oktober dan
tanggal 26 November di SD Negeri Cikande 1 yang bertempat di propinsi Banten, kabupaten serang dengan
alamat Jl. Raya Jakarta-serang Km 27 Cikande
peneliti menemukan beberapa
permasalahan yang ada di SDN Cikande 1 pada siswa kelas IV B.
Permasalahan
yang terjadi yakni (1). Siswa tidak tampil dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar (2). Keterampilan berbicara siswa masih kurang, siswa
belum terampil dalam mengemukakan pendapat atau ide melalui pertanyaan maupun
dalam bentuk pernyataan dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar (3). Siswa kurang terampil dalam menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Khususnya saat memasuki pembelajaran Bahasa
Indonesia, masih banyak siswa yang menggunakan bahasa daerah sehari-hari (4). Siswa
gadung ketika ada salah satu temannya mengeluarkan pendapat.
Dari
hasil yang diperoleh maka dapat memberikan kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa
Indonesia memang harus ditekankan untuk menggunakan model yang sesuai dengan
materi pelajarannya. Tetapi pada kenyataannya pembelajaran Bahasa Indonesia
yang ada disekolah tidak sesuai dengan model pembelajaran Bahasa Indonesia.
Jadi solusi dari permasalahan diatas adalah membentuk pembelajaran yang menarik
dengan menekankan penggunaan model yang sesuai dengan pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tercapai
Untuk mencapai pembelajaran dengan baik
maka peneliti menerapkan model meceritakan kembali sejarah Ir. Soekarno peneliti
mengambil model tersebut melihat dari permasalahan yang peneliti temukan yaitu
tentang keterampilan berbicara oleh karena itu solusi dari permasalahan yang
peneliti temukan tentang kterampilan berbicara dengan menggunakan model
meceritakan kembali sejarah Ir. Soekarno pada teks. Agar dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Karena dengan model ini siswa dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dan mampu mengeluarkan ide dan gagasannya serta
meningkatkan percaya diri siswa ketika tampil didepan kelas.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di SD Negeri 1.?
2. Bagaimana
solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa Insonesia di SD Negeri
Cikande 1.?
3. Bagaimana
aplikasi berbicara siswa dengan model meceritakan kembali sejarah Ir. Soekarno.?
4. Apakah
dengan menggunakan model menceritakan kembali dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dan lebih percaya diri ketika tampil didepan kelas.?
- Tujuan
Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi
dalam pembelajaran di SD Negeri 1
2. Untuk
mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia di
SD Negeri Cikande 1.
3. Untuk
mengetahui Aplikasi berbicara siswa dengan model meceritakan kembali sejarah
Ir. Soekarno
4. Untuk
mengetahui dengan menggunakan model menceritakan kembali dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dan lebih percaya diri ketika tampil didepan kelas
- Manfaat
1. Secara
Teoritis
Observasi
ini diharapkan dapat menambah wawasan dan landasan terkait di dalam pembelajaran
di SDN Cikande 1.
Serta dapat di jadikan kontribusi bagi pembelajaran pembelajaran Bahasa
Indonesia terutama di sekolah dasar negeri. Dan diharapkan menjadi bahan referensi pustaka bagi peneliti
untuk kedepannya.
2. Secara
praktis
Dari observasi yang penulis lakukan di SDN Cikande 1
ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi Keterampilan Berbicara di Sekolah
Dasar Negeri . Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi
Guru
a.
Sebagai bahan
pertimbangan atau referensi dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dengan menggunakan model menceritakan kembali.
b.
Hasil dari
observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk
menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa di SD Negeri
Cikande 1 khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia
b. Bagi
Peneliti
a. Mempersiapkan
diri menjadi guru yang professional yang mampu menghargai situasi dan kondisi
apapun dalam pembelajaran
b. Mampu
memahami pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri khususnya pada pembelajaran
Bahasa Indonesia dikelas tinggi
c. Bagi
Peserta Didik
a. Dari
hasil observasi dan simulasi di SDN Cikande 1 diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan peserta didik terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Serta
dapat meningkatkan minat pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV B
BAB
II
KAJIAN TEORITIK
- KETERAMPILAN
BERBICARA
1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan
salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih
sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif
jika dilakukan dengan berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berbicara menurut Greene & Petty (dalam Tarigan,
2008:3-4) bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada
masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah
barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh
sang anak; melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam
perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan
berbahasa.
Selanjutnya, berbicara
menurut Tarigan (2008: 16) adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan ini berbicara merupakan suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Lebih jauh lagi menurut
Tarigan (2008: 16), berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatka faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol manusia.
Berbicara merupakan
kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para
partisipannya berperan sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap
apa yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera (Sulastri, 2008:
13). Berbicara sebagai cara berkomunikasi antara pembicara dan pendengar.
Komunikasi lisan memerlukan keterampilan berbicara dan saling pengertian antara
pembicara dan pendengar (Sulastri, 2008: 14). Berbicara merupakan kemampuan
mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 2008: 16).
Berbicara adalah suatu
alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan
instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya, apakah dia bersikap 14 tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak pada saat dia mengomunikasikan gagasannya, dan apakah dia waspada serta
antusias atau tidak (Tarigan, 2008: 16).
Berdasarkan uraian di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa berbicara merupakan sebuah proses
komunikasi aktif dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan
kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan kepada orang lain. Hal utama dari kegiatan berbicara khususnya dalam
meningkatkan proses pembelajaran berbicara agar efektif, maka siswa dapat
melakukan kegiatan berkomunikasi secara berkelompok, dua orang atau lebih
dengan berlatih saling bertanya dan menjawab, memberi dan menerima tanggapan.
a). Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (2008: 16), tujuan utama dari
berbicara adalah berkomunikasi. Lebih lanjut, Tarigan (2008:8) menegaskan bahwa
manusia sebagai makhuk sosial tindakan pertama dan paling penting adalah
tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling
mengemukakan dan saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima
pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta
menyetujui suatu pendirian atau atau keyakinan. Komunikasi mempersatukan para
individu ke dalam kelompokkelompok dengan jalan menggolongkan konsep-konsep
umum. Selain itu, 11 menciptakan serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan
umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari
kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan.
Menurut Ochs dan Winker (dalam Tarigan, 2008:16),
pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu sebagai berikut:
1) Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
2) Menjamu dan menghibur (to entertain)
3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to
persuade).
- Pendekatan
Pendekatan adalah suatu aksiomatik yang menggambarkan sifat dari mata
pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Dapat juga dikatakan bahwa
pendekatan merupakan sudut pandang bagi guru, dosen, atau instruktur atau
pengembang terhadap proses pembelajaran, seperti pendekaan yang berpusat pada
guru, dosen atau instruktur (teacher – centered – approach ) dan pendekatan
yang berpusat pada peserta didik (student centered approach ). Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung ( direct
instruction ), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Adapun
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. (Direktorat Tenaga Kependidikan dalam
Muhammad Yaumi : 2013 : 204-205).
Pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum. ( Suyadi : 2012 : 15 ).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah sudut pandang tentang terjadinya
suatu proses pembelajaran. Pendekatan juga dalam pembelajaran ada dua yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat kepada sisw
a)
Pendekatan
Saintifik
Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pedekatan dan Model Pembelajaran 2 Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru
diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan
semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat
pada siswa.
b. melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat mengembangkan karakter siswa.
b). Tujuan Pembelajaran Saintifik
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan
tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
a. untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b. untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c. terciptanya
kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. diperolehnya
hasil belajar yang tinggi.
e. untuk
melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f.
untuk
mengembangkan karakter siswa.
c). Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam
kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1) pembelajaran berpusat pada siswa edekatan dan Model
Pembelajaran
2) pembelajaran membentuk students’ self concept
3) pembelajaran terhindar dari verbalisme
4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum,
dan prinsip
5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang di
kontruksi siswa dalam struktur kognitifnya
.
d). Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi
menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah
data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini,
tentu saja proses pembelajaran harustetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
3. Model Pembelajaran
Menurut
Qoyce dalam suyadi (2013:14) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran secara
umum, seperti buku-buku, filem, komputer, kurikulum dan lain-lain.
Definisi
lain tentang model pembelajaran disampaikan juga oleh Soekanto dalam Suyadi
(2013:15) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengelamaan
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perencana pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivtas
belajar mengajar.
Model adalah prosedur yang sistematis tentang
pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar
dalam merencanakan melaksanakan aktivitas pembelajaran. (M. Hosnan, 2014: 337)
Jadi dari beberapa pemaparan para ahli
diatas dapat disimpulkan model adalah perencanaan atau kerangka konseptual yang
harus dicapai mencapai tujan tertentu, pedoman untuk seorang pengajar dalam
perencanaan pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.
a)
Model
Menceritakan kembali
Model meceritakan kembali adalah
model yang digunakan untuk guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
yaitu dengan cara:
Guru
mempersiapkan bahan bacaan. Siswa membaca bahan itu dengan
seksama, kemudian guru meminta siswa menceritakan
kembali isi singkat
bacaan
dengan kata-kata sendiri. Bila bahan itu dibicarakan oleh siswa
diminta
menyimaknya. Kemudian siswa diminta menceritakan kembali isinya
dengan
kata-kata sendiri.
4.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagi perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesusksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tkegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran.
Berikut pendapat beberapa para ahli berkaitan dengan pengertian strategi
pembelajaran dalam Abdul Majid (2015:7-8).
Sedangkan menurut Dick dkk dalam
wina sanjaya (2006:7) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen
materi pembelajaran dan prosedur pembelajaran atau tahapan kegiatan belajar
yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya
terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaat berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran. Moedjiono dalam Wina Sanjaya (2006: 7) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan
guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara
aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru
menggunakan siasattertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
dapat disimpulkan strategi adalah rangkaian yang dibuat oleh pendidik atau
tahapan kegiatan pembelajaran dari pembukaan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
a) Strategi Kooperatif Learning
Menurut Eggen, dkk
dalam M. Hosnan (2014:234), pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperatikan kesetaraan gender. Strategi pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mecapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Artzt dkk,
dalam Trianto (2009:56) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung
jawab yang sama untuk keberhasilan kelompok
Berdasarkan
pengertian dari para ahli dapat disumpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
learning adalah menekankan pada perilaku bekerja sama antara kelompok atau
saling membantu dalam struktur kerja sama dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih
5.
Metode
Pembelajaran
Metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. (Abdul Majid : 2013 : 193).
Selanjutnya,
istilah lain yang mempunyai makna senada dengan strategi adalah metode. Menurut
Pupuh Fhaturrahman metode adalah cara. Dalam pengertian umum, metode dapat
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang ditempuh guru umtuk mencapai
tujuan pembelajaran ( Fathurrahman dalam Suyadi : 2013 : 15 )
Jadi
berdasarkan penjelasan metode menurut para ahli dapat digaris bawahi bahwa
metode adalah bagaimana cara seorang guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
a. Metode
Ceramah
Metode ceramah
merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau
instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
ada factor kebiasaaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya sebelum
merasa puas manakala dalam proses pembelajaran pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada
guru yang memberikan materi pembelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru
yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak
belajar. Sedangkan tidak ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar,
sedangkan jika tidak ada guru yang berceramah berarti tidak ada belajar. Metode
ceramah merupakan metode yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran ekspositori (Abdul majid : 2013:194-195)
Metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomi untuk menyampaikan
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan
yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
b.
Metode
Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertandanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Oleh karena itu diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi
lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama - sama. ( Abdul Majid :
2013 : 200 ).
c. Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan metode guru bertanya kepada
siswa. Pertanyan merupakan perbuatan (hal) bertanya, permintaan keterangan,
atau sesuatu yang ditanyakan. Pertanyaan merupakan pembangkit motivasi yang
dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. Melalui pertanyaan, peserta didik
didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Jawaban
merupakan balasan atau tanggapan. (Isriani Hardini, dkk:2012:17).
d. Metode
Penugasan
Metode penugasan terstruktur merupakan salah satu
pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru
memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam
pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan
belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di
kelas.
B.
HASIL OBSERVASI
Dari
hasil observasi ini akan menjelaskan mulai dari observasi yang pertama sampai
dengan observasi yang terakhir
1. Observasi yang ke 1
Kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan dan wawancara kegiatan pengamatan
sewaktu peneliti melakukan observasi yang pertama yaitu pengamatan di kelas IV
B dalam proses pembelajaran, maka akan dijelaskan untuk kegiatan yang pertama
yaitu kegiatan pengamatan dikelas
a.
Kegiatan
Pengamatan
Berdasarkan
hasil observasi ke 1 peneliti lakukan
pada hari selasa tanggal 18 oktober 2016.
Sebelum melakukan penelitian / observasi peneliti meminta ijin kepada kepada
kepala sekolah dengan membawa surat ijin observasi dari kampus Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), respon dari pihak sekolah sangat baik dan
mengijinkan peneliti memilih kelas IV B sebagai tempat peneliti melakukan
penelitian. Setelah itu peneliti menemui wali kelas IV B yaitu dengan ibu
Parminah S.Pd untuk meminta ijin melakukan penelitian di kelas IV B setelah
mendapatkan ijin peneliti dan guru memasuki kelas dan memulai pengamatan untuk
mengetahui jumlah siswa kelas IV B, kelas IV B berjumalah 46 siswa yang terdiri dari perempuan 20 orang dan
laki-laki 26 orang.
Sewaktu
peneliti mengamati guru sedang menjelaskan hewan yaitu “Laba-laba dan Serangga”
pembelajaran pada waktu itu masuk dalam tema 3, subtema 2 dan pembelajaran 2
pada awal proses pembelajaran berlangsung guru memulai dengan pembelajaran ipa
lalu masuk kedalam pembelajaran bahasa Indonesia dan masing-masing siswa
memegang buku paketnya, kemudian siswa diperintahkan mendeskripsikan hewan
laba-laba dan serangga. Pada saat pembelajaran berlangsung kurang efektif
dikarenakan kelas kurang kondusif sehingga masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan guru tersebut dan kurang terampilnya siswa dalam mengemukakan pendapat
atau ide melalui pertanyaan maupun dalam bentuk pernyataan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Serta kurang percaya diri siswa ketika
tampil didepan
b. Kegiatan
wawancara
Pada kegiatan ini
dilakukan setelah pembelajaran berakhir, peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan kepada guru tentang pembelajaran yang baru saja peneliti amati
2. Observasi
ke 2
Pada observasi ke 2 di SD Negeri Cikande 1 pada
hari sabtu tanggal 26 November 2016 peneliti berdiskusi dengan guru agar
memilihkan tema, subtema dan
pembelajaran yang sesuai dengan model menceritakan kembali yang peneliti
gunakan dan permasalahan yang peneliti dapat, yang akan disimulasikan oleh
peneliti pada saat simulasi. Maka guru memberikan tema 5 subtema 2 dan
pembelajaran 2 untuk peneliti gunakan disaat simulasi.
3.
Observasi ke 3
Dan bersadarkan hasil
observasi ke 3 peneliti melakukan simulasi di SD Negeri Cikande 1 pada hari
rabu tanggal 30 November 2016 dengan tema 5 yaitu Pahlawanku, subtema 2 yaitu
Pahlawanku Kebanggaanku dan pembelajaran ke 2 dengan alokasi waktu 1 kali
pertemuan (5 x 35 menit) peneliti menggunakan media gantungan pintar yang
didalamnya gambar Ir. Soekarno dan lagu Hari Merdeka dengan menggunakan audio visual.
C. PEMBAHASAN
1.
Kegiatan Simulasi
Peneliti melakukan simulasi di SD Negeri
Cikande 1 pada hari rabu tanggal 30 November 2016 dikelas IV B dalam 1 satu
hari atau 1 kali pertemuan. Peneliti menggunakan model Menceritakan Kembali
yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan simulasi yaitu seperangkat alat
pembelajaran yaitu yang pertama peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang kedua lembar kerja siswa (LKS) untuk kelompok dan
individu dan peneliti juga menggunakan media gantungan pintar yang didalamnya
gambar Ir. Soekarno dan lagu Hari Merdeka dengan menggunakan audio visual
(sound sistem).
Pada kegiatan awal
pembelajaran dimulai dengan peneliti memasuki kelas lalu mengucapkan salam dan siswa menjawab salam. Kemudia peneliti
meminta ketua kelas untuk mempersiapkan teman-temannya lalu berdoa bersama.
Peneliti membuka pembelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka
kemudian peneliti mengondisikan kelas dan mengecek kehadiran siswa dengan cara
memanggil satu persatu nama-nama pada lembar kehadiran siswa dan 45 siswa yang
hadir yang tidak hadir hanya 1 orang siswa selanjutnya peneliti menyiapkan
materi dan alat atau media yang akan digunakan pada saat simulasi. Kegiatan
selanjutnya peneliti menginformasikan tema, subtema dan pembelajaran yang akan
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pada kegiatan inti siswa
diperintahkan membaca teks tentang pahlawan Ir. Soekarno yang telah disediakan
oleh peneliti dan memberikan waktu selama 10 menit untuk membaca dan memahami
isi dalam teks tersebut. Setelah itu peneliti meminta perwakilan 3 orang maju
kedepan untuk menceritakan kembali dengan menggunakan kata-kata sendri tentang
teks yang meraka baca, lalu peneliti menggunakan teknik bernyanyi dengan cara memutarkan
spidol pada siswa dengan bernyanyi balonku ada lima dan barang siapa yang
mendapat spidol tersebut ketika bernyanyi balonku telah habis maka siswa
tersebut lalu maju kedepan untuk meceritakan isi teks Ir. Soekarno. Dan
kegiatan tersebut diteruskan sampai 3 orang yang maju kedepan setlah itu
peneliti memberikan riwerd berupa bintang kepada siswa
. Kegiatan selanjutnya
yaitu peneliti membagikan lembar kerja siswa secara individu menuliskan dalam
bentuk peta pikiran lalu siswa menukar jawaban dengan teman sebangkunya
selajutnya peneliti meminta 2 orang siswa untuk maju kedepan dan menjelaskan
peta pikiran yang telah dibuatnya dengan cara game bernyanyi lagi. Setelah itu
peneliti memberikan sedikit pengetahuan kepada siswa mengenai Ir. Soekarno
Kegiatan selanjutnya
yaitu peneliti membagian lembar dialog yang akan dibacakan oleh siswa secara
kelompok, perwakilan kelompok maju kedepan untuk membacakan teks dialog tentang
upacara bendera. Kemudian siswa kembali kedalam kelompoknya masing-masing dan
menjawab beberapa pertanyaan yang pada teks dialog tersebut dan
mendiskusikannya tentang sikap yang harus dilakukan pada saat upacara bendera,
siswa saling memberikan masukan dari hasil pekerjaan temannya.
Kemudian diselang dengan
waktu istirahat selama 30 menit setelah itu siswa kembali memasuki kelas
masing-masing dan pembelajaran akan segera dimulai kembali yaitu siswa
diperintahkan oleh peneliti mendengarkan lagu Hari Merdeka yang telah
disediakan oleh peneliti lalu siswa dan peneliti menyanyikan lagu Hari merdeka
dengan nada tinggi rendah yang benar. Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti kembali membagikan lembar kerja siswa
secara kelompok mengenai isi lagu tersebut atau mendeskripsikan lagu Hari
Merdeka dan secara berkelompok siswa menuliskan hal-hal yang dilakukan ketika
Hari Merdeka atau pada saat hari 17 agustus.
Pada kegiatan akhir
siswa dan peneliti bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, dan peneliti
dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui
hasil ketercapaian materi. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran hari ini dan peneliti memberikan
motivasi tentang sikap yang harus dicontoh dari pahlawan Ir. Soekarno. Kegiatan
selanjutnya peneliti mengajak siswa berdoa bersama-sama dengan dipimpin oleh
ketua kelas
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa permasalahan yang ada di SD Negeri Cikande 1 yaitu tentang
keterampilan berbicara terlihat dari hasil pengamatan bahwa siswa kurang terampil
dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Khususnya saat memasuki
pembelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kurang terampil dalam mengeluarkan
pendapat, ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar masih banyak siswa yang menggunakan bahasa
daerah sehari-hari.
Dan dari permasalahan berikut solusi yang
peneliti gunakan yaitu dengan cara mengemas pembelajaran seefektif dan
semenarik mungkin dan dibantu dengan
model meceritakan kembali dan strategi cooperative learning serta teknik game
bernyanyi menggunakan pendekatan saintifik.
Berdasarkan hasil pembahasan bahwa
menggunakan model menceritakan kembali dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Hal ini terlihat ketika
peneliti melakukan simulasi di SD Negeri Cikande 1 dalam pengaplikasikan model
meceritakan kembali siswa begitu antusias dalam meceritakan sejarah Ir.
Soekarno dan peneliti melihat juga siswa
di SD Negeri Cikande 1 terutama kelas IV B sudah memiliki kosakata yang baik
dalam mengeluarkan pendapat serta menggunaka bahasa Indonesia yang baik
ternyata model menceritakan kembali tidak hanya meningkatkan keterampilan
berbicara siswa juga dapat meningkatkan percaya diri yang tinggi bagi siswa
kelas IV untuk tampil didepan kelas.
- Saran
Menurut pendapat peneliti diharapakan
guru dan calon guru dimasa yang akan untuk menggunakan model menceritakan untuk ketrampilan berbicara dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, agar keberhasilan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Dikarenkan sudah terbukti bahwa dengan menggunakan model
menceritakan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa serta menumbuhkan
percaya diri.
GANTUNGAN PINTAR
Jadi
media yang penulis ambil ketika akan melakukan simulasi di SD Negeri Cikande 1 pada
kelas IV B dengan tema lima yaitu tentang pahlawanku dan subtema dua tentang pahlawanku
kebanggaanku yaitu media Gantungan pintar, dimana media tersebut dipergunakan
untuk melakukan proses pembelajaran. Adapun bahan-bahan media gantungan pintar
adalah sebagai berikut:
1.
Gambar (Ir Soekarno)
2.
Gunting
3.
Lem/double tip
4.
Kardus
5.
Pita
Adapun cara pembuatan gantungan pintar ini yaitu :
1) mencari gambar Ir. Soekrano di
internet
2) prin gambar Ir. Soekarno
3) lalu ilaminating gambar Ir. Soekarno
4) Ukur kardus sesuai gambar (Ir.
Soekarno) yang telah dicetak
5) Beri doubletip kepada setiap sisi
kardus agar tidak mudah terlepas
6) Beri Pita di atas gambar.
Setelah menjelaskan
cara pembuatan media Gantungan pintar ini peneliti akan memaparkan cara penggunaan
media bingkai pintar ini yaitu:
1. Ketika guru menjelaskan meteri.
2. peneliti memperlihatkan media gantungan pintar ini agar
siswa meliat secara konkrit dan
mengetahui pahlawan yang telah membela bangasa Indonesia dan mengetahui
presiden pertama di Indonesia.
Media yang peneliti gunakan yaitu gantungan
pintar banyak sekali dalam hal kekurangan dan kelebihanya disini akan
dipaparkan kelebihannya yaitu
1. Dengan media gantungan pintar siswa
mampu melihat secara konkrit sosok Ir. Soekarno
2. Mampu membuat menarik pembelajaran
3. Memberikan semangat dalam
pembelajaran
4. Mudah dibuat dan didapatkan
5. Tahan lama
Tidak hanya kelebihan yang peneliti paparkan
adapun kekurangannya yaitu:
1. Tidak bisa digunakan diluar ruangan
jika dalam keadaan hujan.untuk kardus maka akan terkena air hujan dan rusak.
LAMPIRAN A
Dokumentasi Foto Simulasi
LAMPIRAN B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
LAMPIRAN C
Lembar Penilaian Micro Teaching
LAMPIRAN D
Foto Media dan Cara Pembuatannya
LAMPIRAN E
1.
Teks bacaan Ir.
Soekarno
2.
Teks dialog
3.
Lembar
kerja siswa (LKS) individu dan kelompok
LAMPIRAN F
Penilaian Hasil Belajar Siswa Kelompok
dan Individu
LAMPIRAN G
1.
Surat Keterangan
Telah Melaksanakan Observasi dan
Simulasi
2.
Buku Guru dan
Siswa Kurikulum 2013 Tema 5, Subtema 2 dan Pembelajaran 5
Tag :
info guru
0 Komentar untuk "LAPORAN OBSERVASI TENTANG KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN MODEL MENCERITAKAN KEMBALI"