PAPER TENTANG LALAPAN DAN SAYURAN


PAPER
“TEMA 1 TENTANG LALAPAN DAN SAYURAN”




1.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kondisi lingkungan Indonesia menghasilkan keanekaragaman ekosistem beserta sumber daya alam, melahirkan manusia Indonesia yang berkaitan erat dengan kondisi alam dalam melakukan berbagai aktivitas untuk menunjung kelangsungan hidupnya. Manusia Indonesia menaggapi alam sebagai guru pemberi petunjuk gaya hidup masyarakat, yang terlahir dalam bentuk kebiasaan alami yang dituangkan menjadi adat kehidupan yang berorientasi pada sikap alam terkembang menjadi guru (Salim, 2006).
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Jadi merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu. Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007) kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Kearifan tradisional yang bersifat lokal sesuai dengan daerahnya masing-masing merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat dan secara turun-temurun dilaksanakan oleh kelompok masyarakat bersangkutan. Lampe (2009), menjelaskan bahwa dari sisi lingkungan hidup keberadaan kearifan lokal tradisional sangat menguntungkan karena secara langsung ataupun tidak langsung dalam memelihara lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Suhartini (2009) juga menyatakan bahwa kondisi terkini kearifan tradisional dan nilai-nilai budaya lokal tidak bisa dipisahkan dari kondisi pemilik dan pengguna utamanya, yaitu masyarakat adat. Masyarakat adat merupakan komunitas yang memegang peranan penting dalam menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan di Indonesia terkait dengan bagaimana cara pengelolaan sumber daya alam yang ada 21 Cara pengelolan sumberdaya alam dan lingkungan oleh mayarakat adat telah terbuki memperkaya keanearagaman sumberdaya alam dan keberlanjutan. Masyarakat adat merupakan elemen terbesar dalam struktur negara Indonesia dan sangat berperan dalam pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib. Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.
Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat mengikis norma-norma kearifan lokal di masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu kearifan local.
Pengertian pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan mengacu pada UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang tertera dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan sumberdaya alam disebutkan dalam ayat 10 mencakup sumber daya alam hayati maupun non hayati dan sumberdaya buatan.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri atas berbagai subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Keadaan demikian memerlukan pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sehingga dapat meningkatkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan subsistem, yang berarti juga meningkatkan ketahanan subsistem itu sendiri.
Berdasarkan kearifan lokal di Indonesia yang sudah dibahas diatas, maka dengan ini kami membahas kearifan lokal dengan tema yang kami gunakan yaitu tema ke-1 tentang lalapan dan sayuran yang terdiri dari: kelor, tangkil, sintrong, watuk, takokak, mentimun, terong, dan kemangi. Semua yang terdiri dari lalapan dan sayuran maka kami akan membahas dan membuat tabelnya berdasarkan hasil temuan dari jurnal internasional dan nasional.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan tema yang kami gunakan yaitu tema ke-1 lalapan dan sayuran yang terdiri dari :
1.      Kelor
2.      Tangkil
3.      Sintrong
4.      Watuk
5.      Takokak
6.      Mentimun
7.      Terong
8.      Kemangi

C.    Tujuan
Berdasarkan tema lalapan dan sayuran diatas yaitu yang terdiri dari :
1.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang kelor.
2.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang tangkil.
3.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang sintrong.
4.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang watuk.
5.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang takokak.
6.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang mentimun.
7.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang terong.
8.      Untuk mengetahui dan membuat tabel tentang kemangi.

D.    Manfaat
Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui secara lengkap tentang tema yang kita gunakan yaitu tema ke-1 yaitu lalapan dan sayuran yang terdiri dari: kelor, tangkil, sintrong, watuk, serta dapat menjadi pedoman ataupun referensi.














BAB II
2. KAJIAN PUSTAKA
A.             Pengertian Lalapan
          Lalapan adalah sayur-sayuran yang biasa disajikan beserta masakan Indonesia. Lalap menyerupai salad, yang banyak dijumpai di makanan barat, walau begitu khas bagi lalap adalah bahwa sayur-sayur lalap tidak dimakan bersama saus (dressing) atau bumbu-bumbu. Lalap biasa dimakan bersama nasi dan lauk-pauk lainnya (ayam goreng, ikan goreng, sambal, dan sebagainya). Lalapan ini biasanya dihidangkan dalam keadaan mentah atau untuk sayur-sayuran seperti daun singkong dan daun pepaya sebelumnya direbus terlebih dahulu. Karena terdiri dari banyak sayuran yang belum dimasak, lalap banyak mengandung serat yang baik bagi pencernaan. Lalapan banyak di jual di pedagang kaki lima sebagai bagian dari menu ayam goreng, lele goreng tahu tempe goreng dan disajikan dengan sambel terasi tomat. Lalapan yang akan dimakan mentah sebaiknya di cuci terlebih dahulu untuk menghilangkan residu pestisida yang ada, khususnya lalapan dari budidaya yang intensif. (https://id.wikipedia.org/wiki/Lalap)
B.                 Pengertian Sayuran
"Sayur", sebagai kata dasar untuk sayuran, merupakan komponen pendamping nasi (atau makanan pokok lainnya) yang berkuah cair atau agak kental. "Sayuran" adalah segala sesuatu yang berasal dari tumbuhan (termasuk jamur) yang dapat disayur; dengan pengungkapan lain: segala sesuatu yang dapat atau layak disayur. Apabila dimakan secara segar bagian tumbuhan itu biasanya disebut lalapan.
Istilah "sayuran" tidak diberi batasan secara ilmiah. Kebanyakan sayuran adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, umumnya daun (juga beserta tangkainya), tetapi dapat pula batang yang masih muda.Walaupun berkadar air tinggi, buah-buahan tidak dianggap sebagai sayur-sayuran karena langsung dikonsumsi, biasanya rasanya manis dan tidak cocok untuk disayur. Beberapa sayuran dapat pula menjadi bagian dari sumber pengobatan, bumbu masak, atau rempah-rempah.
Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam-macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Kandungan nutrisi antara sayuran yang satu dan sayuran yang lain pun berbeda-beda, meski umumnya sayuran mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah vitamin, provitamin, mineral, fiber dan karbohidrat yang bermacam-macam. Beberapa jenis sayuran bahkan telah diklaim mengandung zat antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun zat anti racun.
Namun, seringkali sayuran juga mengandung racun dan antinutrisi seperti α-solanin, α-chaconine, enzim inhibitor (dari cholinesterase, protease, amilase, dsb), sianida dan sianida prekursor, asam oksalat, dan banyak lagi. Tergantung pada konsentrasi, senyawa tersebut dapat mengurangi sifat dapat dimakan (edibility, palatability), nilai gizi, dan manfaat kesehatan dari diet sayuran. Memasak dan mengolahnya dapat mengurangi sejumlah zat tersebut.
Melakukan diet dengan mengonsumsi jumlah sayuran dan buah-buahan yang cukup dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes tahap 2. Dengan diet ini pula, dapat membantu melawan kanker dan mengurangi keropos tulang. Selain itu, dengan kita mengonsumsi zat potasium (banyak ditemui pada buah dan sayur-mayur) akan membantu mencegah terbentuknya batu ginjal.
Warna hijau yang ada pada daun sayuran berasal dari pigmen klorofil (zat hijau daun). Klorofil ini dipengaruhi oleh pH (keasaman) dan berubah warna menjadi hijau olive dalam kondisi asam, dan berubah menjadi hijau cerah dalam kondisi basa. Sejumlah asam tadi dikeluarkan dari batang sayuran dalam proses memasak, khususnya bila dimasak tanpa penutup.
Warna kuning/oranye yang ada pada buah-buahan berasal dari zat yang bernama karotenoid. Di mana zat ini juga dipengaruhi oleh proses memasak yang normal atau perubahan pH (zat asam).
Warna merah/biru pada beberapa buah dan sayuran (contoh: kubis merah) adalah karena zat anthocyanin, yang mana zat ini sensitif terhadap perubahan pH. Ketika pH dalam keadaan netral, pigmen berwarna ungu, ketika terdapat asam, menjadi merah, dalam kondisi basa, menjadi biru. Pigmen ini sangat larut dalam air. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sayuran)
C.             Jenis Lalapan dan Sayuran
Ada 8 jenis lalapan dan sayuran yang kami temukan diberbagai daerah di Indonesia yang akan bahas dibawah ini. 5 lalapan dan sayuran yang dimaksud yaitu ada Daun Kelor (Moringa aloifera Lamk), Tangkil atau Melinjo (Gnetum gnemon L.), Daun Sintrong  (Crassocephalum crepidiodes), Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr), Takokak (Solanum torvum Sw.), Mentimun (Cucumis sativus L), Terong Cepoka (Solanum torvum) dan  Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
a.       Daun Kelor (Moringa aloifera Lamk)
Tanaman  kelor merupakan perdu dengan ketinggian sampai 10  m,  berbatang  lunak  dan  rapuh  dengan daun yang  sebesar ujung  jari berbentuk bulat  telur  dan  tersusun  majemuk.  Berbunga sepanjang tahun berwarna putih, buah bersisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh subur mulai dari dataran rendah ketinggian 700 m diatas permukaan  laut. Pada  tahun pertama, kelor sudah bisa menghasilkan biji dalam satu polong bisa diperoleh sekitar 20  biji.  Produksi  semakin  banyak  pada  tahun ke 2 dan tahun berikutnya. Apalagi kelor menghasilkan biji sepanjang tahun. Biji kelor mengandung 35-40% dari berat kering. Kulit  bijinya  yang  terbuang mengandung  protein  cukup  tinggi, mendekati 60% sehingga cocok untuk makanan hewan ternak. (Rama Prihandana, Roy: 2008)
Adapun  obat  tradisional  yang  dapat membantu meringankan penyakit hepatitis B yaitu: Tanaman  kelor. Tanaman  kelor mengandung  zat  kimia,  seperti  minyak  behen, minyak terbang, emulsin, alkaloida, pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu kelor juga mengandung lebih dari 90 nutrisi disebut antioksidan alami  terbaik. Memiliki  sumber  serat  terbaik,  kandungan betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari wortel juga terdapat bahan minyak omega 3 dan kloroÞ l. (Lina Mardiana, 2002)


b.      Tangkil atau Melinjo (Gnetum gnemon L.)
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan. Daun dan buah melinjo yang muda dapat diolah sebagai sayuran dan buah melinjo yang sudah tua dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan emping. Emping merupakan produk olahan melinjo yang terkenal digemari masyarakat, juga merupakan komoditi sektor industri kecil yang potensial dan berprospek besar dalam pengembangan ekspor non migas (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).
Daun melinjo (Gnetum gnemon L.) serta buahnya mengandung saponin, tanin, dan flavonoid. Diketahui kandungan tanin dalam daun melinjo sebesar 6 4,55% (Lestari, 2013). Menurut Ummah (2010), secara umum kandungan tanin tertinggi terdapat pada daun muda. Tanin yang terdapat dalam daun melinjo dapat dijadikan sebagai pengawet alami untuk industri pengolahan makanan. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48009/Chapter%20II.pdf;jsessionid=50AC08ED1303DFB57FECC12C02F41C2B?sequence=4)

c.       Daun Sintrong  (Crassocephalum crepidiodes)
Sintrong merupakan satu jenis tanaman yang banyak dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakat sunda. Sintrong diketahui memiliki kandungan senyawa polifenol yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Selain dapat digunakan sebagai lalapan, daun sintrong digunakan sebagi obat bisul (Kusdianti et al, 2008). Secara tradisional sintrong juga digunakan sebagai nutraceutikal dan juga dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit, seperti untuk mengatasi gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit perut, mengobati luka, antelmentik, antiinflamasi, antidiabetes, dan antimalaria (Adjatin et al, 2013).
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sintrong adalah saponin, flavonoid dan polifenol (Kusdianti et al, 2008). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Adjatin et al (2013) sintrong juga mengandung senyawa tanin, flavonoid dan steroid. Polifenol berperan dalam memberi warna pada tumbuhan seperti warna daun. Kandungan polifenol dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif dan bekerja sebagai antibakteri (Pourmouran, 2006).

d.      Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr)
Tanaman katuk (Sauropus androgynus L. Merr .) termasuk ke dalam divisi Spermathopl- yta, anak divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, anak kelas Monoclamydae (Apei alae), bangsa Euphorbiales, suku Euphorbiaceae, marga Sauropus, dan jenis Saurcpus androgynus (L .) Merr . (BECKER dan BRINK, 1963) . Suku Euphorhiaceae tersebut termasuk ke dalam salah satu tanaman yang memiliki kandungan klorofil tinggi (RAHAYU dan LEENAWATY, 2005) . Tanaman katuk tumbiih baik pada daerah dengan ketinggian 5 sampai 1300 m di atas permukaan laut (dpl) dengan rataan curah hujan antara 200 dan 300 mm per tahun pada tanah jenis latosol . Mampu tumbuh di negara Malaysia, Indonesia, Cina, dan Taiwan.
Daun katuk banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan oleh para ibu-ibu yang menyusui anak sebagai pelancar air susu ibu. Beberapa hasil penelitian menunjukkan efek positif pemanfaatan daun katuk khususnya untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI . Lebih jauh, katuk merupakan tanaman yang termasuk ke dalam golongan simplisia nabati, yaitu bahan tanaman utuh yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun (SARDJIMAN et al., 1997)

e.       Takokak (Solanum torvum Sw.)
Takokak atau terung pipit (Solanum torvum Sw.) adalah tumbuhan dari suku terung-terungan (Solanaceae) yang buah dan bijinya dipakai sebagai sayuran atau bumbu. Takokak adalah tumbuhan semak kecil, yang tingginya dapat mencapai 5 m. Namun biasanya, kurang dari 2 m. Hampir semua bagian tumbuhan ini berduri, kecuali hanya buah yang ditutupi rambut. Daunnya bulat telur dengan pangkal seperti jantung atau membulat, dengan ujung yang tumpul.Panjang daun 7–20 cm dan lebarnya 4–18 cm.Tangkai perbungaannya pendek, sering bercabang-cabang dan banyak bunganya. Bunganya berbentuk bintang berwarna putih, yang di tengahnya kuning. Buahnya berjenis buah buni, kecil, dan banyak.
Pohon takokak dikenal tahan penyakit yang menyerang batang dan biasa dijadikan batang bawah untuk terung, meskipun praktik ini hanya dipakai bagi pertanaman di pekarangan. Buahnya bisa dimakan, baik yang muda maupun yang tua.  (https://id.wikipedia.org/wiki/Takokak)

f.       Mentimun (Cucumis sativus L)
Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Buah mentimun dipercaya mengandung zat-zat saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, dan C. Mentimun mentah bersifat menurunkan panas badan, juga meningkatkan stamina. Kandungan 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,19 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 g tianin, 0,05 g riboflavin, 14 mg asam (Sumpena, 2001).
Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batang mentimun berupa batang lunak dan berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan berwarna hijau segar. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 ―250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun. Batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan, ruas batang atau buku-buku batang berukuran 7―10 cm dan berdiameter 10―15 mm. Diameter cabang anakan lebih kecil dari batang utama, pucuk batang aktif memanjang (Imdad dan Nawangsih, 2001).
Mentimun memiliki daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau. Bentuk daun bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian ujungnya meruncing tepi bergerigi. Panjang 7―18 cm dan lebar 7―15 cm. Daun ini tumbuh berselang-seking keluar dari buku-buku (ruas) batang. Perakaran mentimun yaitu akar tunggang dan memiliki rambu-rambut akar, tetapi daya tembus relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30―60 cm. Oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun membutuhkan banyak air, terutama waktu berbunga, tetapi tidak sampai menggenang (Sunarjono, 2005).
Mentimun (Cucumis sativus L.) diklasifikasikan sebagai tanaman berumah satu, dimana bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Pada dasarnya tanaman mentimun berbunga sempurna (hermaphrodite), tetapi pada perkembangan evolusinya salah satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi, sehingga tinggal salah satu jenis kelaminnya yang berkembang menjadi bunga secara normal.
(http://digilib.unila.ac.id/4729/13/BAB%20II.pdf)
g.      Terong Cepoka (Solanum torvum)
Terong cepoka merupakan salah satu jenis tanaman yang berkhasi-at sebagai bahan obat tradisional, dan berpotensi untuk dibudidaya-kan. Dalam pengobatan tradisio-nal. Bagian tanaman terong cepoka yang digunakan untuk pengobatan adalah daun, buah dan akar, untuk mengatasi sakit lambung dan tidak datang haid, pinggang kaku maupun bengkak terpukul, batuk kronis, bisul atau koreng, jantung berdebar (tachy-cardia), nyeri jantung dan me-nurunkan tekanan darah tinggi. Penggunaan tanaman obat ini masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan cara direbus mau-pun dilalap mentah, untuk ke-perluan dalam pengobatan bahan tanaman masih diambil dari alam. Tumbuhan obat ini mempunyai kandungan kimia yang terdapat pada daun, akar dan buah.
Tanaman obat ini berpotensi untuk dikembangkan, namun belum banyak dibudidayakan. Di daerah Sumatera dan Bogor, masyarakat telah menggunakan tanaman ini sebagai obat alternatif yaitu dengan menggunakan buah sebagai sayur mentah atau dimasak. Penggunaan tanaman obat ini dipercaya, dan telah turun temurun digunakan secara tradisional karena khasiatnya. Pada saat ini trend global masyarakat yang menuntut pangan dan produk- si kesehatan yang memberi nama dengan slogan “ back to nature “ menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat. Sehingga nilai pasar tumbuhan obat dan berbagai produksi dari jamu tradisional sampai modern (jamu terstandar dan jamu fitofarmaka) di dalam negeri relatif tinggi dan menunjukkan kecenderungan meningkat karena semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi obat berbasis bahan baku alami, termasuk di antaranya adalah tanaman obat terong cepoka.

h.      Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Kemangi (Ocimum sanctum) adalah spesies basil yang paling terbesar di seluruh dunia, baik dalam bentuk segar ataupun untuk produksi minyak esensial. Diantara genus Ocimum L., kemangi merupakan salah satu spesies yang menarik karena aroma dan rasanya. Herbal ini digunakan oleh orang Asia sebagai obat dan bahan masakan dari generasi ke generasi. Minyak dari tumbuhan ini juga digunakan secara luas pada industri farmasi dan industri parfum (Kicel, 2005).
Tanaman kemangi tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Kemampuan kemangi untuk beradaptasi di berbagai ketinggian menyebabkan tanaman inimudah dibudidayakan di berbagai topografi (Voight, 1995).
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm, batangnya  berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarana hijau, bersilang, berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek berwana hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).
Tanaman kemangi memiliki kandungan kimia pada bunga, daun, ataupun batangnya. Kandungan kimia tertinggi dari tanaman kemangi terdapat pada daunnya (Kicel, 2005). Jenis kandungan kimia yang terkandung dalam kemangi (Ocimum sanctum)dipegaruhi oleh regio geografis dan kuantitasnya bervariasi pada setiap periode vegetasi. Kandungan kimia kemangi yang tumbuh di Kuba, Brazil, India, Jerman, dan Thailand mengandung eugenol sebagi konstituen utama selain juga β-caryophyliene atau α-bisabolenes dan β-bisabolenes. Methyl eugenol merupakan konstituen utama dari minyakOcimum sanctum  dari India (25%) dan Thailand (23-52%). Sedangkan minyak dari Ocimum sanctum yang tumbuh di Australia terutama mengandung methyl chavicol (Evelyne, 2008).
Presentase kandungan minyak bervariasi secara signifikan pada tiap tahapan pertumbuhan tanaman. Tahap pertumbuhan tanaman yang paling banyak mengandung minyak esensial adalah pada akhir dari masa berbunga yaitu 0,83%. Pada masa pre-flowering kandungan minyaknya 0,68%. Saat masa berbunga kandungannya 0,59% dan ketika berbuah kandungannnya 0,69% (Kicel, 2005).
Kemangi telah terbukti memiliki sifat antioksidan, antikanker, antijamur, antimikrobial, analgesik (Uma, 2000). Zat aktif dari kemangi ialah eugenol (1-hydroxy-2-methoxy-4-allybenzene) yang paling berpotensi farmakologis (Evelyne, 2008). Kandungan eugenol kemangi berkisar antara 40% hingga 71% (Prakash & Gupta, 2004). Selain eugenol, kemangi juga mengandung zat farmakologis seperti ocimene, alfapinene, geraniol (Kardinan, 2003). Kandungan zat aktif eugenol yang mendominasi komponen daun Ocimum sanctum berfungsi sebagai tempat antiparasit dan antioksidan (Liew & Cox, 1990). Pemberian antioksidan dalam jumlah cukup besar akan menjadi radikal bebas (Salganik, 2001).
Kandungan Ocimum sanctum memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus pumilus, dan Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sensitif. Aktifitas antibakteri dikombinasikan dengan antiinflarmasi dan analgesik membuat Ocimum sanctum berguna dalam mengatasi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi streptococcal (Waish, 2008).
(http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/daun-kemangi-ocimum-sanctum/)












3.      HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Berdasarkan temuan dari beberapa jurnal dapat diambil hasil jenis lalapan dan sayuran dari beberapa daerah sebagai berikut
Tabel 1.1 Jenis Lalap dan Sayuran
No
Nama daerah
Nama ilmiah
Bagian yang digunakan
Khasiat
Keterangan/lokasi
1.
Kelor
Morina aloivera lamk
Daun
Obat herbal, untuk penyembuhan hepatitis B
Surakarta
2.
Tangkil
Gnetum gnemon
Buah dan daun
Meningkatkan kekebalan tubuh, memperkuat daya ingat, melancarkan urin, mencegah anemia, mecegah penyakit jantung.
Baduy
3
Sintrong
Crassocephalum crepidioides
Daun
Sebagai lalapan, obat bisul, obat berbagai macam penyakit seperti untuk mengantasi gangguan pencernaan, sakit kepala, dan luka, antelmetic, antiinplamasi, antidiabetes dan anti malaria
Tasikmalaya
4
Katuk
Sauropus androgynus (L) Merr
Daun
Untuk melancarkan air susu ibu yang sedang menyusui, mencegah esteoforosisi, Sebagai sumber manfaat vitamin A yang diperlukan untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, dan reproduksi 
Baduy
5

Takokak
Solanum torvum
Buah Muda
Ekstrak dari tanaman berguna untuk
pengobatan penyakit kulit.
buah takokak mampu
bertindak sebagai antioksidan.
Beberapa
zat kimia yang terkandung dalam takokak
terbukti dapat melindungi jaringan tubuh
dari efek negatif radikal bebas.
Jawa
6
Mentinum
Cucumis satives L
Buah
Mentimun dapat dijadikan keperluan seperti obat penurun panas, mengurangi sakit tenggorokan dan batuk, serta berbagai bahan baku kosmetik (pembersih wajah dan lulur ).
Jawa barat
7
Terong cepoka
Solanum torvum Swartz
akar, daun dan buah
salah satu bahan tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit lambung, pinggang kaku dan bengkak terpukul, batuk kronis, bisul atau koreng, jantung berdebar maupun nyeri jantung, dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Sumatera
8

Daun Kemangi
Ocimun cannum
Daun
Membantu pertumbuhan tulang, merangsang fungsi kerja dari hormon estrogen dan juga hormon endrogen, serta mencegah pengeroposan tulang, membantu melancarkan aliran darah dalam tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah kemandulan, Mengobati Panu, Mengobati sariawanMenghilangkan mual dan flu, Menghilangkan bau mulut, Meredakan perut kembung, memperbaiki sel-sel yang rusak
Jember

1.      Sumber: Wahyuni Sri, dkk. 2013. Manfaat daun keor untuk megobati penyakit hepatitis B. Jrnal Kesmadasa, hal 102-103.

2.      Sumber : Iskandar. Johan dkk. 2015. Studi etnobotani keanekaragaman tanaman pangan pada “Sistem Huma” dalam menunjang keamanan pangan Orang Baduy. Jurnal penelitian Vol. 2 Nomor. 1 hal 127.


3.      Sumber : Dwi Cahyani Wulandari, dkk. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin terhadap Pembentukan Buah secara Partenokarpi pada Tanaman Mentimun Varietas Mercy. LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 27–32

4.      Sumber : Anas D. Susila,dkk.2012. Tanaman sayuran Indigenous PHKT-2012

5.      Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 3, Desember 2009 10

6.      Sumber: Cahyani, Eka, M,N. 2014. Daun Kemangi (Ocinum Cannum) Sebagai Alternatif Pembuatan Handsantizier. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kemas 9 (2) hal 136-142.

B. Pembahasan

Kelor merupakan tanaman terdapat di berbagai komunitas  daerah tropis seprti di daerah surakarta kelor dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti pengobatan tradisional  Tanaman kelor mengandung zat kimia, seperti minyak behen, minyak terbang, emulsin, alkaloida, pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu kelor juga mengandung lebih dari 90 nutrisi disebut antioksidan alami terbaik. Memiliki sumber serat terbaik, kandungan betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari wortel juga terdapat bahan minyak omega 3 dan kloroÞ l. (Lina Mardiana, 2002) Pemanfaatan daun kelor secara tradisional yaitu bagian daun kelor yang masih segar. Untuk membuat satu porsi ramuan, daun yang dibutuhkan ialah sebanyak 3-7. Selain daun kelor yang masih segar, untuk membuat ramuan obat Hepatitis B juga dibutuhkan air kelapa sebanyak satu gelas dan madu sebanyak 1 sendok. Cara pembuatan ramuannya cukup sederhana. Pertama tumbuk daun keloryang sudah dicuci bersih. Kemudian campurkan air kelapa dengan tumbukan daun tersebut dan saring. Terakhir, tambahkan madu dan aduk merata. Ramuan siap diminum. Untuk hasil maksimal, buat dan minum ramuan itu sampai sembuh.
Hepatitis atau radang hati dapat berupa kelainan proses akut dan kronishepatitis akut bila peradangan hanya berlangsung singkat dan dianggap kronis bila sampai lebih dari 6 bulan proses masih terus berlangsung baik berupa peradangan, kelainan uji fungsi hati atau menetapnya HbsAg+ dan anti-HCV+. Hepatitis dapat berlanjut menjadi sirosis hati, hepatoma atau karsinoma hati primer sampai gagal hati.
Tangkil merupakan tanman yang berada di daerah baduy yang masih muda dapat Meningkatkan kekebalan tubuh, memperkuat daya ingat, melancarkan urin, mencegah anemia, mecegah penyakit jantung.  Dan sintrong (Erechtites valerianifolia (Wolf) DC), selain tangkil masyarakat baduy juga bercocok tanam sintrong, bagian dari sintrong yang dikonsumsi ialah daun nya mereka memanfaatkan sintrong untuk lalapan.  Manfaat dari daun sintrong dapat Meringnkan geajla sakit kepala, magg, kembung, mual, mencegah penyakit eksim atau penyakit kulit, obat herbal untuk penyembuhan amandel
      Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr). Masyarakat baduy menanam watuk yang mereka olah dari watuk yaitu bagian daun. mereka gunakan sebagai sayur bening untuk menu makan mereka. manfaat dari daun watuk yaitu Untuk melancarkan air susu ibu yang sedang menyusui, mencegah esteoforosisi, Sebagai sumber manfaat vitamin A yang diperlukan untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, dan reproduksi.
Takokak Tanaman ini termasuk tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 3 m. Batang bulat, berkayu, bercabang, dan berduri. Bunga. Bijinya pipih, kecil, licin dan berwarna putih kekuningan. Berakar tunggang menjalar di dalam tanah (Sirait, 2009).
Bagian yang dapat dimakan yaitu buah muda. Buah segar yang hijau dapat dimakan langsung atau digunakan dalam masakan. Ekstrak dari tanaman berguna untuk pengobatan penyakit kulit. kandungannya yang penting antara lain terdapat pada buah mentah, buah kering, daun, dan akarnya. Pada buah mentah terdapat chlorogenin, sisalogenone, torvogenin, dan vitamin A. Buah keringnya terdapat solasonin 0,1%. Daunnya terdapat neochlorogenine dan panicolugenin. Sedangkan pada akarnya terdapat kandungan jurubine.Sumber lain menyebutkan, buah takokak mampu bertindak sebagai antioksidan. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam takokak terbukti dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Dalam Medicinal Plants: Quality Herbal Products for Healthy Living ( Vimala, 1999) menyatakan, takokak memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi, yakni di atas 70%.
Mentimun dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat penurun panas, mengurangi sakit tenggorokan dan batuk dan bahan kosmetika untuk kecantikan. Salah satu jenis mentimun yang banyak ditanam oleh petani lokal adalah jenis mentimun varietas mercy. Karakteristik varietas mercy ini yaitu buahnya cukup besar, bebas rasa pahit, tekstur buah renyah sehingga banyak disenangi dan digunakan sebagai sayuran lalapan segar.
Bagian yang dapat digunakan adalah buahnya. Buah yang segar ini dapat dimakan langsung atau digunakan dalam masakan. Buah mentimun ini berbentuk pucat keputihan agak sedikit kasar bila dimakan.
Buah mentimun Mengandung 0,65% protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2,2%. Juga mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosforus, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C. Biji timun sendiri mengandung racun alkoloid jenis hipoxanti, yang berfungsi untuk mengobati anak-anak yang menderita cacingan. Selain itu mentimun dapat membantu dan membersihkan pencernaan serta mendinginkan suhu tubuh.
Terong berasal didaerah  Sumatra berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa terong cepoka dapat mengatasi berbagai penyakit. Bahan tanaman yang digunakan sebagai obat adalah akar, daun dan buah. Selain itu, tanaman relatif mudah untuk di-budidayakan dan tidak memerlukan perawatan yang rumit untuk dapat memperoleh bahan obat yang dapat digunakan setiap waktu.
Kemangi tumbuhan yang berasal dari daerah jember berdasarkan hasil penelitian dari jurnal menyebutkan bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri S. aureus dan E. coli dengan konsentrasi bunuh minimal 0,5% dan 0,25%. Simpulan penelitian, daun kemangi (Ocinum cannum) efektif dalam membunuh S. aureus dan E. coli
Beberapa referensi menyebutkan banyak manfaat yang terkandung dalam daun kemangi selain anti bakteri, diantaranya yaitu:
1)      Khasiat daun kemangi sangat baik untuk melawan radikal bebas, ini karena daun kemangi memiliki antioksidan yang sangat baik untuk melawan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan yang berupa flavonoid dan juga eugenol mampu mencegah pertumbuhan bakteri,virus dan jamur.
2)      Khasiat daun kemangi dapat membantu pertumbuhan tulang. Ini karena daun kemangi memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang berperan penting dalam mengatur pembentukan dan pertumbuhan tulang. Kemudian kandungan astenol dan boron dalam daun kemangi memberikan khasiat daun kemangi yang berperan aktif dalam merangsang fungsi kerja dari hormon estrogen dan juga hormon endrogen, serta mencegah pengeroposan tulang.
3)      Khasiat daun kemangi dapat membantu melancarkan aliran darah dalam tubuh. Ini dilihat dari daun kemangi yang memiliki kandungan magnesium yang dapat membantu merilekskan jantung dan juga pembuluh darah, sehingga menjaga aliran darah untuk tetap lancar.
4)      Khasiat daun kemangi dapat membantu untuk meningkatkan kekebalan tubuh, ini karena daun kemangi memiliki kandungan beta karoten yang dapat meningkatkan respon antibodi, sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
5)      Khasiat daun kemangi dapat membantu untuk mencegah kemandulan.. 
6)      Mengobati Panu
7)      Mengobati sariawan
8)      Menghilangkan mual dan flu
9)      Menghilangkan bau mulut
10)  Meredakan perut kembung













DAFTAR PUSTAKA

Anas D. Susila,dkk.2012. Tanaman sayuran Indigenous PHKT-2012

Cahyani, Eka, M,N. 2014. Daun Kemangi (Ocinum Cannum) Sebagai Alternatif Pembuatan Handsantizier. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kemas 9 (2) hal 136-142.

Dwi Cahyani Wulandari, dkk. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin terhadap Pembentukan Buah secara Partenokarpi pada Tanaman Mentimun Varietas Mercy. LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 27–32


http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/daun-kemangi-ocimum-sanctum/)





Iskandar. Johan dkk. 2015. Studi etnobotani keanekaragaman tanaman pangan pada “Sistem Huma” dalam menunjang keamanan pangan Orang Baduy. Jurnal penelitian Vol. 2 Nomor. 1 hal 127.

Wahyuni Sri, dkk. 2013. Manfaat daun keor untuk megobati penyakit hepatitis B. Jrnal Kesmadasa, hal 102-103.

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 Nomor 3, Desember 2009 10





                               



0 Komentar untuk "PAPER TENTANG LALAPAN DAN SAYURAN"

Back To Top